Rabu, 23 Juni 2010

Pembelajaran berbasis Stimulus Respon

A.      Latar belakang

Pemerolehan dan pembelajaran bahasa adalah dua hal yang berbeda. Pemerolehan bahasa di dapatkan di sekolah sedangkan pembelajaran bahasa didapatkan di sekolah. Ketika anak baru lahir sudah mulai mencoba mengenal kata-kata yang diungkapkan oleh orang dewasa. (Browen, 2007:27) anak yang baru lahir berceloteh, mendekur, menangis, hal tersebut dialakukan oleh seorang anak untuk mengirim pesan kepada anaknya dan ketika seorang ibu yang memberikan air susunya sambil mengatakan mimik…ke pada anaknya, anak tersebut telah menerima pesan. Setelah anak tumbuh besar anak mulai measuki pendidikan forma (TK, SD) disana anak mendapatkan pembelajaran mengenai bahsa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan mengenai pemerolehan dan pengajaran bahasa pada anak usia dini. Pasal 1 Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak  ahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (italic penulis). Jelaslah, pendidikan pada anak usia dini adalah untuk memberi  ransangan pada anak usia dini.  Hal tersebut sesuai dengan teori behvioris yang mengemukakan stimulus respon. Seorang anak memperoleh dan belajar berbahasa pertamakali pada ibunya dimana seorang ibu dengan memberikan stimulus-stimulus pada anaknya.  Anak yang diberikan tangisan akan merespon baik itu dengan gesture, tangisan, kedipan, maupun ucapan. Merujuk pada pasal 1 yang telah dikemukakan diatas mengenai pendidikan anak usia dini sejalan dengan terori behavioristik yang mendasarkan pada stimulus respon.

Berdasarkan pada latar belakan diatas mengenai pemerolehan dan pengajaran bahasa pada anak usia dini. Teori behavioris sangat sesuai dijadikan sebagai salah satu cara untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan bahasa pada anak seperti yang diharapkan pada pasal I UU Sistim pendidikan di Indonesia. 

Key word: pemerolehan bahasa, pengajaran bahasa, anak usia dini, stimulus-respond.

B.       Pembahasan Teori

1.    Pemerolehan bahasa


Menurut teori behaviorisme, pemerolehan bahasa bersifat nurture, yakni pemerolehan itu ditentukan oleh alam lingkungan. Pemerolehan bahasa pada anak ditentukan oleh alam lingkungan. Jadi, pengetahuan apa pun yang kemudian diperoleh oleh manusia itu semata-mata berasal dari lingkungannya. Sedangkan Chaer menjelaskan mengenai  Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak-anak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003: 167).

Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak memperoleh bahasa pertamanya. Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari. Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa. Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau memersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Chaer 2003:167). Hampir sama apa yang dijelaskan oleh Mowrer (1954), Skinner (1957), dan Osgood (1963) menganggap bahasa merupakan wujud dari perilaku belajar lainnya. Bahasa, sebagai serangkaian hubungan antara makna dan kata, kata dan fonem, serta pernyataan dan tanggapan yang dipelajari atau dikondisikan melalui asosiasi antara stimulus dan respons. Kekuatan ikatan stimulus-respons menentukan probabilitas terjadinya suatu respons tertentu.

2.    Pengajaran Bahasa.

Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak-anak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya (Chaer, 2003: 167). Sdangkan (Brown 2007:8) mendefinisikan pembelajaran adalah menunjukan atau membantu seseorang mempelajari cara melakukan sesuatu, memberi instruksi, mamandu dalam pengkajian sesuatu, menyampaikan pengetahuan, menjadikan tau atau paham.

Mengenai pemebelajaran bahasa pada anak usia dini dijelaskan oleh beberapa akhli aliran behavioristik:

1.      Teori Ivan paplov mengangap bahwa pembelajaran merupakan rangkainan panjang dari respon-respon yang dibiasakan.

2.       Teori penghubungan Tordike, Tordike menganggap bahwa pembelajaran merupakan suatu proses menghubung-hubungkan di dalam sistim saraf and tidak ada hubungannya dengan insight atau pengertian.

3.      Teori Waston, dalam pemebelajaran waston mendasarkan pada hubungan stimulus-respons ini, ada dua prinsip penting dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh waston 1) recency principle, dan 2) frequensi principle.

4.      Teori kesegraan Guthrie, Guthrie menganggap bahwa pembelajaran tidak berlangsung secara perlahan-lahan atau berangsur-angsur, tetapi secara coba-tunggal (single-trial), artinya orang tua dan guru harus memberikan latihan dan ulangan untuk membiasakan stimulus baru untuk menimbulkan respon.

5.      Teori Pembiasaan operan Skinner, teori pembiasaan skinner dalam pembelajaran mendasarkan kepada prinsip pembelajaran melalui penguatan. Dalam pembelajaran guru merupakan arsitek utama dalam pembentukan tingkah laku agar siswa dapat bertutur sesuai dengan pembelajaran bahasa itu.

6.      Teori Pengurangan Dorongan Hull, dalam pembelajaran bahasa Hull menekankan pentingnya atau perlunya dorongan utama dan dorongan yang diperoleh untuk menimbulkan respons.

7.      Teori Mediasi Osgood,  Osgood menyatakan bahwa proses pembelajaran bahasa tersebut adalah S stimulus, Rm adalah respons mediasi, Sm stimulus medias dan  R adalah respons. Hal tersebut merupakan rangkaian proses belajar pada anak.

8.      Teori Dua factor Mouwer, Mouwer adalah teori yang menggabungkan dua aliran yaitu behevioristik dan kognitif namun Mouwr lebih cendrung ke teori behevioristik. Dalam pembelajaran Mower menggabungkan dua aliran tersebut dalam pembelajaran bahasa yaitu stimulus dari sebuah objek atau suatu situasi dan akan membangkitkan respon yang membangkitkan emosi, istilah tersebut yang sering dikatakan sebagi meditasi.



3.    Anak usia dini.


Pendidikan pada anak usia dini sangatlah penting untuk perkembangan anak sebelum melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan pada usia dini bertujuan meransang pertubuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Hal tersebut juga dijelaskan dalam Pasal 1 UU sikdiknas dijelaskan mengenai Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak  ahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan usia dini tidak hanya dilakukan di pendidikan formal tetapi pendidikan usia dini juga dilakukan di lingkungan informal maupun non-formal. Dalam pendidikan informal dan informal khususnya keluarga sangatlah penting dalam mengembangkan kemampuan anak baik dari segi jasmani dan rohani sehingga anak tersebut memiliki kesiapan dalam memasuki dunia pendidikan formal. ketika anak sudah siap mendapatkan bahasa maka anak tersebut telah masuk ke masa kritis (Critical period) dimana dimasa kritis ini sangatlah penting bagi anak untuk mendapatkan input bahasa dari lingkungannya.

Pertamakali anak belajar lingkungan terkecil yaitu keluara. Dimana didalam keluara anak belajar baik berkomunikasi maupun bersosial. Teori kasih sayang yang dikemukakan oleh John Bowlby (Bowlby 1969, 1988) mngatakan bahwa Ikatan kasih sayang, sebagai satu istilah yang terkait dengan  ontak, berasal dari teori kasih sayang (attachment). Hal tersebut telah terbukti kitaka anak yang baru lahir bagimana seorang ibu berkomunikasi dengan anaknya menggunakan bahasa sang ibu. kalau kita memperhatikan seorang ibu yang memberi pelajaran kepada anaknya dengan memberikan ransangan yang sedemikian rupa sehingga anak tersebut tertawa walaupun bunyi yang dikeluarkan oleh sang anak (bahasa bayi) tidak dipahami tapi itulah suatu bentuk ransangan (pembelajaran) yang diberikan ibu kepada anaknya. Seperti yang dikemukakan oleh (bruner, 1974/1975) Orang tua secara sistematis melatih (menstimulus) anak mereka untuk dapat membedakan objek/proses joint reference.

 4.    Stimulus respon.

Thornike, salah seorang penganut paham behavioristik, menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang sisebut stimulus (S) dengan respon yang diberikan atas stimulus tersebut. Hal tersebut berlaku tidak hanya berlaku pada hewan semata melainkan pada manusia juga. Hal tersebut telah dibuktikan dalam penelitian ilmiah yang memberikan hasil positif terhadap pemerolehan bahasa pada anak maupun pengajaran bahasa pada anak baik pada tingkat usia dini maupun pada usia dewasa. Paham behavioristik yang mendasarkan pada stimululs respon akan membuat anak dalam proses belajar dan mengajar lebih mengaerakan karena anak akan merspon bila stimulus yang diberikan menarik bagi anak. Selanjutnya, Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick, 1981:13) mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hukum-hukum berikut: (1) Hukum latihan (law of exercise), yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan respon serting terjadi, maka asosiasi itu akan terbentuk semakin kuat.

Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (response). Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Dengan demikian, anak belajar bahasa pertamanya. Menurut Skinner (dalam Dardjowidjojo 2005: 235) bahasa tidak lain adalah seperangkat kebiasaan. Kebiasaan hanya dapat diperoleh melalui latihan yang bertubi-tubi (drills).

Menurut aliran ini, belajar merupakan hasil faktor eksternal yang dikenakan kepada suatu organisme. Menurut Skinner, perilaku kebahasaan sama dengan perilaku yang lain, dikontrol oleh konsekuensinya. Apabila suatu usaha menyenangkan, perilaku itu akan terus dikerjakan. Sebaliknya, apabila tidak menguntungkan, perilaku itu akan ditinggalkan. Singkatnya, apabila ada reinforcement yang cocok, perilaku akan berubah dan inilah yang disebut belajar (Safriandi, 2009).

Sedangkan Watson mengemukakan dua prinsi yaitu recency principle dan frequensi principle. Namun pertam saya inging menjelaskan recency principle dan frequensi principle. Recensy dalam artian jika suatu stimulus yang menimbulkan respon, maka kemungkinan stimulus itu akan menimbulkan stimulus yang sama apa bila deberikan umpan dengan memberikan selang waktu. Frequensi principle adalah apabila suatu stimulus diberikan lebih sering maka akan menimbulkan suatu respon, dan jika diberikan stimulus lagi maka akan besar kmungkinan akan terjadi respon yang lebih besar dari sebelumnya.

Skinner yang dikenal sebagai tokoh aliran neobehaviorisme. Berikut mengenai percobaan skinner: biji makanan adalah penguat (reinforcer) pristiwa penekanan batang besi disebut penguatan reinforcing event); munculnya makanan disebut rangsangan penguat (reinforcing stimulus); prilaku tikus disebut prilaku yang dibiasakan (conditioned respose). Dalam kontek pembelajaran silahkan dibaca dibwah ini.

 C.      Pembahasan.

a)      Penerapan Stimulus Respon dalam Pemerolehan dan Pembelajarn Bahasa pada Anak Usia Dini.

Dalam pembahasan disini kami hanya ingin menfokuskan pada teori Penghubung THordike. Hal tersebut dilakukan untuk lebih focus pada diskusi mengenai teori yang telah dikemukakan oleh Thordike. Itu dilakukan karena keterbatasan waktu.

Ada beberapa pendekatan yang dilakukan para psikolog behavioristik dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Brown 2007:28 pendekatan behavoristik berfokus pada aspek-aspek yang bisa ditangkap langsung dari prilaku linguistik-respons yang bisa diamati secara nyata dan berbagai hubungan atau kaitan antara respon-respon itu dan pristiwa-pristiwadi dunia sekeliling mereka. Medasarkan pada hal tersebut pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa pada anak usia dini merupakan sesuatu hal yang betul-betul nyata yang bisa di denganr, dilihat, diraba, dan dicium bukan awang-awan. Orang tua atau guru yang berfungsi sebagai penstimulus dalam pemerolehan dan pengajaran bahasa pada anak harus jelas dan bermanfaat bagi perkembangan bahasa anak. Sehingga anak tersebtu akan lebih mudah memahami dan medapatkan apa yang dia pelajari khususnya dalam berkomunikasi.

Dalam proses pemerolehan dan pengajaran bahasa pada anak usia dini seorang guru berfungsi sebagai pemandu, menunjukan, menyampaikan memberikan ransangan kepada anak didiknya sehinga anak didikny tersebut melakukn respon. Pengajaran bahasa pada usia dini, seorang guru harus memberikan respon yang menarik bagi anak tersebut. Dalam teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Pavlov dalam memberikan stimulus terhadap seekor anjing dengan  melakukan empat langkah dalam melakukan percobaanya 1. Menentukan entry behavior (prilaku awal), 2. Melakukan rumusan secara eksplisit tujuan dari kegiatan, 3. Merancang metode pelatihan berdasarkan entry behavior dan 4. prosudur evaluasi. Hal-hal tersebut harus diperhatikan dalam proses pemerolehan dan pengajaran bahasa.

Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa orang tua dan guru harus memperhatikan hal-hal tersebut  sebelum prosess belajar dan mengajar berlangsung. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru yaitu menentukan entry behavior artinya seorang guru harus mengetahui apa perangsang (Media, Materi, Metode, kekereatifan guru),  Langkah kedua melakukan rumusan secara eksplisit tujuan kegiatan, dalam proses belajar dan mengajar, yang ketiga guru harus merancang tindakan apasaja yang digunakan dalam proses belajar and mengajar yang terakhir prosudur evaluasi. Perosudur tersebut terlihat pada RPP. Dalam RPP telah ditentukan semua tersebut bagimana langkah-langkah seorang guru dalam proses pembelajaran dikelas namun yang jadi pertanyaan disini apakah guru sudah melakukan langkah-langkah tersebut dengan benar?

Dalam pemerolehan dan pembelajaran orang tua dan guru harus mengusahakan  semaksimal mungkin utuk melakukan latihan baik dalam kelas (indoor) maupun diluar kelas (out door). Hal tersebut dilakukan agar the law of exercise bisa tercapai-penguatan. Dalam hal ini, hukum latihan mengandung dua hal:

1.      The Law of Use: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat, kalau ada latihan yang sifatnya lebih memperkuat hubungan itu sehingga akan menyebabkan sebuah kebiasaan pada pembelajar. Dengan melakukan latihan yang terus menerus akan menyebabkan siswa lebih kuat dalam mengingat mata pelajaran, realitas yang sering kita alami bahwa setelah kita selesai dalam suatu mata pelajaran seorang guru biasanya memberikan tugas rumah hal tersebut dilakukan untuk melakukan latihan kembali sehingga siswa bisa memahaminya dengan sedalam-dalamnya.

2.      The Law of Disue: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-latihan dihentikan, karena sifatnya yang melemahkan hubungan tersebut. Oleh sebeb itu dalam pembelajaran sisiwa harus lebih berperan dalam kelas dan guru hanya sebagi fasilitator, motivatior dalam proses belajar.



3.      The law of effects


Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon yang cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.  Koneksi antara kesan panca indera dengan  ecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.

1.      Anak Umur (0 – 1 bulan)

Menurut teori behaviorisme anak yang lahir bagaikan piring kosong (nurture) piring kosong tersebut akan terisi di lingkungan keluarga. Ketika seorang ibu yang menyodorkan air susunya kepada anaknya dengan mengatakan mimic….. itu adalah salah satu stimulus yang diberikan ibu kepada anaknya. Anak tersebut hanya bisa menangis. di saat ibu menyodorkan air susunya kepada anaknya terjadi sebuah prosess belajar dan mengajar. Proses belajar dan mengajar yang dimaksudkan adalah ibu belajar menyusui dan mengajar anaknya untuk meminum air susu. Kalu kita jauh memperhatikan anak yang pertama kali menysu pada ibunya, anak tidak tahu bagiman menyusu dan dimana tempatnya, seorang ibu akan dengan pelan-pelan menyodorkan air susunya di mulut sang anak. Hal tersebut adalah sebuah prosess pemerolehan bahasa dan pengajaran terhadap anak. bayi yang belum mampu mengatur gerakannya. gerakan–gerakan yang dilakukan oleh bayi merupakan gerakan-gerakan spontan yang merupakan salah satu bentuk respon yang dilakukan oleh bayi. Grakan yang di lakukan oleh bayi tersebut yang disebut dengan  reflex. Terdapat dua macam refleks yang ditunjukkan oleh bayi, yaitu:

a.      Mass activity

Merupakan refleks dimana seluruh anggota tubuh merespon terhadap rangsang yang diberikan. Rangsangan itu bisa berupa sinar, suhu udara dan perubahan suara.

b.      Specific activity

Merupakan refleks dimana hanya sebagian tubuh saja yang memberikan respon. Contohnya respon bayi terhadap sentuhan. Bahkan senyumannya pun juga merupakan gerakan refleks.



Gerakan refleks ini berfungsi membantu bayi untuk belajar mengontrol dan sekaligus melindungi tubuhnya. Artinya, refleks membantunya untuk bertahan hidup dan juga untuk melindungi bagian-bagian tubuhnya yang masih sangat rentan.  Beberapa gerakan refleks bayi pada masa ini akan menghilang ketika bayi berusia kira-kira 6 bulan.

 2.      Anak Umur 1 – 6 bulan

Pada usia ini proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa terhadap anak semakin aktif. Itu telihat pada penguasaan gerak sudah mulai terkontrol. Fungsi penglihatannyapun berkembang dengan baik, sehingga pada usia ini anak mulai belajar untuk meraih dan memegang objek yang ada di dekatnya. Pemerolehan dan pengajaran yang dilakukan oleh ibu kepada anaknya adalah salah satu bentuk kasih sayang dan kewajiban ibu kepada anak-anaknya seperti yang dikemukakan dalam sistim pendidikan di Indonesia. Melihat perkembangan anak yang makin maju ibu mengajarkan anak untuk mengucapkan kata-kata tertentu. Anak yang sifatnya mengadopsi ucapan orang tuanya, disini terjadi sebuah proses pemerolehan bahasa pada anak tersebut. Seorang ibu yang mengajarkan anak-anaknya berbahasa akan memberikan stimulus-stimulus yang menari yang sifatnya nyata. Hal tersebut dialakukan oleh ibu untuk membantu anak-anaknya berucap dan mengenali. Seperti yang dikemukakan oleh Owens (1998) Anak pada awalnya belajar diri yang nyata atau pristiwa yang berhubungan dengan apa yang telah diamati/dialami oleh anak. 

Pada usia ini, dimulai kira-kira pada usia 4 bulan, bayi mampu memproduksi suara yang disebut dengan babbling, karena pada saat ini bayi mulai belajar untuk menirukan suara yang didengarnya. Pada tahap ini akan terlihat lebih jelas bagaimana terjadi proses pemerolehan dan pengajaran yang dilakukan oleh ibu diengan memberikan ransangan-ransangan yang membuat anak tersebut merespond dan memperoleh bahsa.

3.      Usia Umur 7 – 12 bulan 
 Proses pemerolehan dan pengajaran baik yang bersifat fisik maupun ucapan terlihat pada usia ini. pada tahap ini juga anak sudah makin berkembang baik dari segi pisik dan ucapan-ucapannya. Pada usia ini Bayi mempelajari metode-metode gerak yang berbeda. Hal tersebut terjadi proses pembelajaran yang berupa stimulu respon yang dilakukan oleh ibu, proses pembelajaran yang dilakukan oleh ibu dari segi fisik. itu akan terlihat ketika seoran ibu yang mengajarkan anaknya untuk duduk, merangkak dan berjalan. Hal tersebut dijelaskan oleh (Owens1998) bayi sudah mulai belajar duduk, merangkak dan akhirnya berjalan. Selain itu perkembangan bayi dari segi linguistik juga terjadi peningkatan yang sangat signifikan adapun perkembangan bayi antara lin; anak mulai belajar untuk memecahkan masalah dan bereksperimen dengan kemampuan bicaranya, yaitu dengan memproduksi reduplicated babbling. Selain itu, dia mulai mengenali nama dan memandang ke arah objek yang menyebut namanya. Di usia ini anak mulai mampu untuk mengenali, mengingat suatu objek. Selain itu, dia mulai mampu untuk mencari mainannya di tempat-tempat yang dia kenali dimana dia terakhir melihatnya.  Hal tersebut merupakan sebuah proses pemerolehan dan pengajaran bahasa yang dilakukan oleh anak.

Dalam perkembangan sosialnya, bayi di usia ini mulai belajar untuk menirukan orang yang ada di sekitarnya. Dia belajar untuk mengingat kejadian-kejadian yang sering terjadi di sekitarnnya, sehingga dia mulai mengharapkan suatu kejadian untuk kemudian menantikan hasil dari tindakan tersebut, misalnya dia menginginkan untuk pergi, kemudian dia bisa melambaikan tangan “da-da”.

4.      Pada Umur 12 – 24 bulan
Pada usia ini anak mulai memperoleh dan belajar tidak hanya kepada orang tua atupun orang sekitarnya namun anak mulai belajar untuk mengenali benda dengan menggunakan indra penglihatan dan juga perabanya. Dalam al-quran juga di jelaskan mengenai bagimana kita belajr di alam sekitar kita, Surat al-Muluk di sana di jelaskan bagimana kita belajar dan menyadari akan kekuasaan alloh swt “Kekuasaan dan ilmu Allah yang tergambar di alam semesta”. Hal itu akan terlihat pada anak ketika dia belajar dari hal yang paling sederhana contoh ketika seorang ibu yang mengajak anaknya bermain di luar rumah dan anak tersebut melihat seekor kucing, anak tersebut menunjuk kucing tersebut dengan mengatakan semampunya lalu ibu mengajarkan bahwa ini namanya meong dan anak tersebut mengatakn maoung….. dari contoh diatas kita lihat bagiaman lingkungan juga sebgai stimulus bagi anak. Dari contoh diatas juga bisa mengetahui bahwa terjadi  prosess pembelajaran kepada anak ketika sang ibu mengajarkan anaknya mengucapkan moung. Selin itu pada usia 12-24 bulan ini tidak lagi memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya untuk dapat mengenali benda tersebut. Dia mengenali benda dengan cara memegang, menarik, mendorong atau memindahkannya. Di usianya ini dia sangat menyukai hal-hal baru dan dia juga mulai belajar untuk mengungkapkan “suka” dan “tidak suka”. Dengan timbulnya rasa suka dan tidak suka ini, dia mulai menunjukkan sikap possessive terhadap mainannya.

5.      Anak pada Usia 3 – masuk sekolah.
Pada umumnya, di usia ini anak mulai belajar untuk mandiri. Dia mampu melakukan aktivitas pribadinya sendiri seperti memakai baju dan makan. Kamampuan mengingatnya sudah mendekati kemampuan orang dewasa sehingga dia mulai dapat memecahkan masalah berdasarkan pengalamannya. Kemampuannya untuk memahami konsep juga berkembang. Pada usia ini anak mampu menguasai 900 – 1000 kosakata yang memungkinkannya untuk menyusun kalimat-kalimat sederhana. Dia mulai menyukai permainan-permainan yang memungkinkan dia untuk berimajinasi, dengan cara mengambil suatu objek, dan menganggap sebagai objek lain dalam khayalannya.

Kemampuannya dalam mengatur gerakannya membuat anak mampu untuk bebas bergerak. Anak usia 4 tahun ini mampu untuk mengingat masa lalu dan kemudian menceritakannya pada orang lain. Kamampuan ini sangat berpengaruh pada perkembangan kemampuan bahasa anak. Di usia ini anak biasanya sudah menguasai kira-kira 1500 – 1600 kata, sehingga memungkinkan bagi dia untuk menyusun kallimat-kalimat yang lebih rumit.

Secara sosial, anak usia 4 tahun ini mulai menyukai permainan-permainan yang dilakukan secara berkelompok. Dia juga mulai mampu untuk bekerjasama dengan teman-temannya. Secara kognitif, anak mulai mempunyai banyak sekali pertanyaan tentang segala hal yang ada di sekitarnya. Anak  selalu penasaran atas segala hal yang dia temui.

Di usia ini, anak mulai mempunyai peka terhadap lingkungannya. Dia juga mulai memiliki kepekaan atas fungsi bagian tubuhnya. Sebagai contoh, dia mampu untuk mengkoordinasikan gerakan tangan kanan dan kirinya sehingga memungkinkan dia untuk memotong makanannya sendiri, menggambar dan menyalin beberapa huruf. Selain itu, dia mulai mengenali penanda-penanda waktu seperti sekarang, besok, dan kemarin yang membuatnya mampu untuk mengenali suatu hubungan sebab akibat.

Pada usia 6 tahun anak sudah mulai belajar secara sadar apa yang dia lakukan. Pada tahun usia ini anak aktif dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa. perkembangan dan kemampuan anak makin meningkat dan anak juga lebih akatif ketika mendapat stimulus. Stimulus yang diterima oleh anak akan merespond dengan aktif dan respon yang dilakukan oleh anak bisa berbentuk positif dan negative. Untuk mengatasi anak yang merespon negative disini fungsi orang tua dan guru sangat lah penting. Oleh sebab itu guru dan orang tua harus memberikan stimulus yang positif dan realistic sehingga anak lebih cepat memahami dan daya nalarnya berkembang. Selain itu pada tahap anak masuk sekolah perkembangan motorik kasar dan halus pada anak usia sekolah sudah mendekati sempurna. Pada masa in anak sudah bisa belajar bersepeda dan bisa menangkap bola. Kemampuannya untuk mengontrol penglihatannya memungkinkan anak ini untuk memiliki semacam hobi dan menyukai kerajinan tangan. Selain itu, tingkat kemandirian anak juga mulai berkembang.



D.      Kesimpulan.

Dari Penjelasan di atas mengenai pemerolehan dan pengajaran bahasa pada anak, kita bisa menyimpulkan bahwa:

1.      Anak pada umur 0-1 bulan telah tidak hanya memperoleh bahasa dengan peniruan namun pada anak usia 0-1 bulan anak juga mendapatkan pengajaran bahasa dari ibunya. Hal tersebut terlihat ketika naka yang ingin meminum susu pada ibunya. Anak tidak tahu sebelumnya dimana tempat dan bagimana caranya namun ibu selalu memberi tahu tempat dan posisi sehingga anak secara tidak lansung pemerolehan dan pngajaran baik bersifat bahasa maupun non-bahasa.

2.      pada usia 12-24 bulan anak telah mulai bersosisal tidak hanya dalam lingkungan rumah namun pada objek sekitarnya. Mengenai pembelajaran anak terhadap objek-objek yang ada di sekitarnya sejalan dengan apa yang telah dijelaskan dalam al-Quran. Surat al-Muluk di sana di jelaskan bagimana kita belajar dan menyadari akan kekuasaan alloh swt “Kekuasaan dan ilmu Allah yang tergambar di alam semesta”. Jadi teori yang dikemukakan oleh beberapa akhli telah ada di jelaskan dalam al-Quran.

3.      Pada umur usia 3 tahun sampai masuk sekolah anak lebih cepat memahami sesuatu melalui pembelajaran yang sifatnya realistic. Namun pada usia ini juga anak masih melakukan pemerolehan bahasa.

4.      Dalam pembentukan karakter anak, Guru, Orang Tua maupun instansi lain yang terkait dengan anak, melalui pembelajaran dan pemerolehan yang didasarkan pada stimulus respon anak akan lebih mudah memahami apa yang mereka pelajari secara langsung maupun tidak langsung.

5.      Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa anak mulai dari kandungan ibunya sudah melakukan pemerolehan dan pembelajaran sampai pada masa tua. Yang sekarang kita kenal dengan pembelajaran “Pemberantasan aksara”.  Mengenai hal tersebut juga dijelaskan dalam hadis yang berbunnyi “atolubul ilmu menal mahdi ilal lahdi” yang artinya: “tuntutlah ilmu dari sejak kamu lahir hingga ke liang lahad”.
Daftar Pustaka

Brown H. Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, versi Indonesia. Jakarta: Duta Besar Amerika.

Bloomfield, Leonard. 1998. Language (xxx,penerjemah). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Chaer Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Elliot, Alison J. 1996. Child Language. Cambridge: The Press Syndicate of the University of Cambridge.

Owens Jr, Robert E. 1992. Language Development: An Introduction (3rd Edition). Singapore: Maxwell Macmillan International.

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2003. Nomor 20 mengenai Pendidikan Anak




Tidak ada komentar: