Minggu, 17 Januari 2010

Abstract

Filsafat adalah cara berfikir menurut logika dengan bebas sedalam-dalamnya sampai pada persoalan. Untuk melogikakan sesuatu kita butuh cara/alat yang disebut dengan bahasa atau tanda-tanda baik itu berupa bunyi, benda, maupun istilah yang lain-lain itulah bahasa. Benda yang dianalogikan adalah bagian dari bahasa. Analogi 1+1=2 adalah sebuah analogi tanda yang sudah disepakati para pakar matimatika. tanda 1,+,=, dan 2 adalah sebuah bahasa. Untuk memaknai tanda 1+1=2 maka ada istilah dalam bahasa yaitu semantic. Kalau 1 tidak mempunyai tanda dan tidak disemantikan sama dengan oleh sebab itu menurut penlis bahwa bahasa adalah induk dari semua istilah di muka bumi.

Kata kunci: Filsafat, Ilmu, Bahasa

Introduction.

Filsafat adalah sebagai salah satu cara berfikir yang induktif (empiris), Deduktif (rasional) Ilmiah (rasional dan empiris). Berfilsafat berarti berfikir radikal dan menyeluruh, berfilsafat berarti mengupas sesuatu sedalam dalamnya. Ada tiga sifat orang yang berfilsafat diantaranya sifatnya menyeluruh, sifat mendasar, dan sifat spekulatif. Pertama sifat menyeluruh artinya ingin melihat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainya misalkan kaitan ilmu dengan moral, agama, dan kegunaan ilmu. Kedua sifat mendasar artinya orang yang berfilsafat tak percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Ketiga bersifat spekulatif artinya orang yang berfilsafat itu renungannya mendalam secara teori. Mudhofir dalam Muntasyir&Munir (2002: 4-5) mengatakan bahwa ciri-ciri berfikir kefilsafatan sebagai berikut : Radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan, Universal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. Kekhususan berpikir kefilsafatan menurut Jespers terletak pada aspek keumumannya, Konseptual, artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. Misalnya : Apakah Kebebasan itu ?, Koheren atau konsisten (runtut), Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis. Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi, Sistematik, artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu, Komprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan, Bebas, artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, bahkan relijius, Bertanggungjawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang-orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.
Ada tiga pokok pembahasan filsafat yaitu Metafisika, epistimologi, dan asiologi. Metafisika membicarakan mengenai keberadaan (being) dan eksistensi (existence). Epistemologi membicarakan tentang asal-usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan antara pengetahuan dan kebenaran, dan sebagainya. Aksiologi dapat diartikan sebagai teori mengenai sesuatu yang bernilai dan memperhatikan masalah etika/kesusilaan. Dalam etika, obyek materialnya adalah perilaku manusia yang dilakukan secara sadar. Sedangkan obyek formalnya adalah pengertian mengenai baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral dari suatu perilaku manusia. Apapun bentuk ilmu pengetahuan dilandasi oleh tiga hal tersebut, termasuk ilmu tentang bahasa. Filsafat bahasa menelaah tentang ragam semantic, hermeneutic dan linguistic sampai paragmatik.

Pembahsan

Pandangan Tokoh-Tokoh Filsafat Ilmu dan Bahasa.


Plato (427-348 SM) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan yang berminat men capai kebenaran yang asli. Aristoteles (382-322 SM) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Al Farabi (870-950) menyatakan ilmu pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakikatnya yang sebenarnya. Descartes (1590-1650) menyatakan filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan. Imanuel kant (1724-1804) menyatakan ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan. Seperti yang kita ketahui bahwa tokoh-tokoh filsafat pada tahun 1980 adalah filsafat sejarah (Heidegger, 1972), filsafat bahasa (Martinech, 1985) filsafat kedokteran (Schaffner, 1992), filsafat teknologi (Winner 1986), filsafat fisika (Sklar, 1992), filsafat pendidikan (Soltis, 1981) filsafat hukum (Dworkin 1986) dan lain-lain.
Pada zaman Yunani Kuno menggunakan metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. Ernst Cassirer menyebut manusia sebagai Animal Symbol. Aldous Hxley mengatakan “tetapi karena mereka tidak mempunyai bahasa maka buah pikiran dan penemuan genius tidak itu tidak mempunyai bahasa maka buah pikiran dan penemuan jenius itu tidak tercatat dan menghilangkan begitu saja. Socrates dan plato dalam bukunya (Saidihardjo, 2003) menjelaskan suatu masalah besar dan mencari kebenaran dengan berwawancaraa sebagai cara berfilsafat, filsafat ini dinamakan filsafat dialogis. Dari penjelasan Socrates dan plato tentang bahasa adalah salah satu cara untuk mencari kebenaran dengan melakukan dialog. Dengan berdialog kita bisa mengidentifikasi atau mengetahui kebenaran. Socrates dan plato mencari kebenaran dengan membuat pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu pernyataan dengan argument dan konta argument supaya berbicara maju, menjadi lebi jelas dan hidup. (Tim Dosen Filsafat ilmu Universitas Gajah Mada 2007:20) para pilusuf analitika seperti G.E. Moore, B. Russell, L. Wittgenstein, G. Ryle, J.L. Austin dan yang lainnya berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburan-kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah atau ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Para filusuf menganalisis dan mengkaji arti istilah dalam suatu bahasa dan ini merupakan tugas pokok filsafat.

Filsafat Bahasa menurut penulis


Bahasa adalah sebuah phenomena yang sangat menakjubkan. Kalau tidak ada bahasa maka tidak akan ada kehidupan dimuka bumi. Alloh menjadikan semua yang ada di bumi dan dilangit itu dengan bahasa dan semua yang ada di bumi dan dilangit berbahasa dan semua itu adalah bahasa. Di dalam makalah ini penulis ingin menyatakan bahwa bahasa adalah filsafat dan filsafat adalah bahasa. Bahkan penulis ingin mengatakan dengan pendapatnya sendiri bahwa bahasa adalah induknya filsafat. Kenapa? Filsafat tidak akan dikatakan filsafat jika tidak ada bahasa. Seperti yang kita ketahui bahwa filsafat adalah mengolah fikir, tidak mungkin orang bisa menolah fikirnya atau berlogika dengan baik jika tidak ada bahasa dan begitu juga sebaliknya dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain termasuk ilmu matimatika, fisika, bioloi, kimia, statistic singkatnya IPS dan IPA kalau tidak bahasa maka tidak akan dikatakan itu adalah ilmu matimatika, fisika, biologi, dan kimia singkatnya IPA dan IPS.
Kita bisa membayangkan kalau tidak ada bahasa maka tidak akan bisa diungkapkan dan dijelaskan apa itu SATU dan apa itu ZAT sedangkan SATU itu adalah sebuah tanda yang menunjukan jumlah satu dan tanda satu adalah bahasa. ZAT itu adalah bahasa. Seperti apa yang dikatakan orang zaman yunani kuno seperti plato dan aristoteles bahwa bahasa digunakan untuk mengetahui arti dari sebuah fenomena, tanda-tanda yang ada dan mungkin ada di dunia. Pelato dalam Lenonard Bloomfield 1961 yang diindonesiakan I.Sutiko (1995;2) menyatakan bahwa asal mula kata-kata, dan khususnya soal apakah hubungan antara benda-benda dan kata-kata yang menamainya alami dan semestinya atau hanya merupakan hasil kesepakatan manusia saja. Jadi, bahasa adalah kunci dari semua ilmu baik yang ada maupun mungkin ada. Untuk menamakan/menandakan suatu benda itu kita membutuhkan tanda-tanda, dan memberi istilah dan itulah peran bahasa. Artinya istilah atau tanda-tanda yang digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah bahasa. Penulis ingin menggaris bawahi kata Tanda semua ilmu menggunakan tanda baik yang bisa dilihat, diraba, di dengar, dicium, dirasa dan lain-lain. Misalnya dalam ilmu statistic menggunakan tanda N itu sama dengan jumlah siswa, matimatika menggunakan tanda 1 itu menujukan jumlah satu dan itu adalah sebuah bahasa. Tanpa bahasa maka itu tidak akan dikatakan sebagai ilmu atau filsafat. Harimurti, Kamus Linguistik, edisi ke IV (2008;24) menyatakan bahwa bahasa adalah sistim lambing bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Filsafat Ilmu Kuali & Kuanti Prof.Dr.H.Noeng Muhadjir Edisi III (2006;139) mengatakan bahwa filsafat bahasa berkembang sejak awal tahun 1960 Mulai dengan Wittegenstein Philospophical Investigation. Di lanjutkan oleh Paul Grice, pengikut Noam Chomsky pada 1957 yang menjadi awal analisis tentang bahasa. Quine 1960 tentang Word and Object menjadi satu-satunya yang mengarahkan ke studi filsafat bahasa. Davidson menunjuk dua asapek penting dalam bahasa yang pertama systematic semantic structure. De Saussure pada tahun 1915an mulai mengembangkan bahasa dalam telaah structural formal bahasa yang disebut strukturalisme klasik atau linguistic formal atau linguistic ekstrinsik.

Logika bahasa

Pada abad 20 Tarski dalam Muhadjir Filsafat Ilmu (2006;27-28)membedakan logika bahasa menjadi

1) Syntaxtical Logic
Syntaxtical logic secara harfiah adalah konstruksi kalimat mengikuti penataan berdasar aturan grammar atau tatabahasa. Logic syntaxtical yang dimaksudkan dalam syntaxtical logic adalah sesuai fungsi dalam kalimat misalnya subject, predikat dan object.

2) Semantic Logic
Semantic logic secara harfiah adalah makna simbolik. Semantical logic berada berpusat pada logotrisme dan berada dikawasan karya sastra sedangkan hermeneutic logic berpusat pada the art of understanding.

3) Hermeneutic Logic.
Syntaxtical logic berada dikawasan ilmu linguistic sedangkan semantic logic berada dikawasan studi karya sastra. Hermeneutic arti harfiahnya adalah the arts of understanding.

4) Phenomenological Inductive Logic

Logika ini berangkat dari pandangan filsafati tentang fakta, kebenaran, konfirmasi, dan system inferensi logikanya yang berbeda dengan system logika filsafat lainnya. Fakta (bagi phenomenology) merupakan sesuatu yang holistic esensial dan ada intesionalitas terkandung dalam fakta tersebut. Analisis dilakukan dengan menggunakan phenomenon tersebut untuk membangun kebenaran.

5) Phenomenological Deductive Logic.
Logika ini perlu dikembangkan mengganikan ilmu manthiq. Ini digunakan dalam studi islam.


Adanya bahasa diri sudut Agama islam dan Science.


a. Sudut pandang agama Islam tentang bahasa
Chaedar Linguistik Suatu Pengantar (1993;1)Tuhanlah yang mengajarkan Nabi Adam nama-nama sebagimana termaktub dalam kitab kejadian sebagi berikut:
And the lord God having formed out of the ground all the beasts of the earth, and all the fowls of the air, brought them to Adam to see what he would call them; for whatsoever Adam called any living creature the same is it is name.

Dikatakan pula manusia diciptakan secara simultan, and pada penciptaan ini pula dikaruniai ujaran sebagai anugrah illahi, dan di surga tuhan berdialog dengan Nabi adam dalam bahasa Yahudi. Sebelum abad ke-18 teori-teori asal bahasa ini dikatagorikan sebagai divine origin (berdasarkan kepercayaan)
Menurut pemikiran penulis dan keyakinan tentang bahasa, Pada dasarnya bahasa itu bersamaan dengan adanya manusia karena tidak mungkin manusia ada jika tidak ada bahasa. Sedangkan dengan bahasa alloh menciptakan manusia (Kuhn payakhn). Seandainya tidak ada tanda-tanda (bahasa) yang digunakan oleh adam lalu, adam mengucapkan kalimat sahadat dengan apa? Tanda-tanda yang dimaksudkan diatas itu berupa tanda-tanda, symbol atau sistim bunyi yang kita kenal sekarang dengan bunyi vocal (Berdasarkan kepercayaan).

164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Dari sudut pandang agama islam sudah sangat jelas bahwa alloh menciptakan manusia manusia, air, hewan, bahasa, pengisaran angin, dan awan sebagai tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi orang-orang yang mau berpikir bukan orang yang tidak berpikir. Yang menjadi permasalahan di sini adalah manusia belum menyadari bahwa bahasa itu adalah bahasa yang digunakan alloh untuk menciptakan semua yang aku tahu dan aku tidak tahu (berdasarkan kepercayaan dan keyakinan).

b. Sudut Pandang ilmu pengetahuan (Science)
Dari segi ilmu pengetahuan (science) awal adanya manusia dan perkembangan alat ujaran itu pertama kali adalah agnatha. Karl Popper (1902-?) menulis “semua orang adalah filsuf, karena semua mempunyai salah satu sikap terhadap hidup dan kematian. Wind dalam Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik (2008;191) menyatakan bahwa perkembangan alat ujar manusia mulai dari Agnatha, Primitiv fish, Amphibians, Reptiles, Primitive Placental Mammals, Catarrhine Monkeys, yang terakhir adalah manusia (man). Dari penjelasan Wind dalam bukunya Soenjono Dardjowidjojo kita bisa menyimpulkan bahwa adanya bunyi-bunyi yang menandakan perkembangan alat ujar manusia sampai bisa berbahasa. Dinoysius Thrax (abad ke dua SM) dan Apollonius Dyscolus (abad ke dua MS) dalam Lenonard Bloomfield (196;2) mendifinisikan tidak dengan istilah-istilah abstrak yang menerangkan arti kelas bahasa.
Chomsky dalam Dardjowidjojo (2003) menyimpulkan dari penelitian yang dilakukan bahwa anak dilahirkan dengan dibekali semacam piranti pemerolehan bahasa (LAD, language acquisition device). Jadi, anak dilahirkan dengan suatu modal awal yang membekalinya untuk bisa berbahasa, bukan sebagai kertas putih atau gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Dengan kata lain, tidak ada kata “mulai dari NOL” sebagaimana teori yang dipeopori oleh Skinner tabula rasa dari seorang bayi yang lahir.


Pertanyaan Penulis Tentang Bahasa
Pertama-tama penulis ingin menguraikan pertanyaan kepada pembaca.
(1.) Bagaiman seandainya bahasa itu tidak ada?
(2.) Apakah semua di dunia ini adalah bahas?
(3.) Apakah manusia akan bisa hidup tanpa bahasa?
(4.) Apakah alloh menciptakan manusia tidak menggunakan bahasa?
(5.) Apakah semua ilmu IPA dan IPS akan bisa terungkap jika tidak ada bahasa?
(6) Apakah sinyal-sinyal yang dikirim dari hati atau dari perasaan itu bukan bahasa?
(7.) Apakah kita di akherat tidak menggunakan bahasa?
(8.) Apakah malaikat menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhamad SAW tidak dengan bahasa?
(9.) Apakah aku mengatakan itu 1 itu tidak dengan bahasa? (10) Apakah 1 itu bukan bahasa?
(11) Darimanakah bahasa?
(12) Untuk apa bahasa?
(13)Apakah ada awal dan akhir bahasa?
(14.) Mana yang lebih dahulu manusia atau bahasa

Kesimpulan

Filsafat adalah cara berfikir atau mengolah fikir untuk sampai kepada kebenaran ilmiah dan bisa dianalogikakan menggunakan bahasa. Ada tiga telaah filsafat di antaranya ontology, empistemologi, axiology jadi ilmu apapun itu dilandasi oleh hal tersebut termasuk bahasa. Filsafat bahasa menelaah tentang ragam semantic, hermeneutic dan linguistic sampai paragmatik. Adapun logika bahasa diantaranya syntaxtical logic, semantic logic, rational empiric objective, hermeneutic logic, logika deduktif phenomenologik.


Daftar Pustaka

Chaedar Alwasilah, 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Angkasa Bandung.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolingusistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Yayasan Obor Indonesia
Jujun S. Suriasumantri. 2003. Filsafat Ilmu. Pustaka sinas harapan. Jakarta
Leonard Bloomfield, 1961. Language. Holt, Rinehart dan Winston.
Noeng Muhadjir, 2006. Filsafat Ilmu: Reke Sarsin
Saidihardjo, 2003. Filsafat Ilmu.
Tim Dosen Filsafat Ilmu, 1996. Filsafat Ilmu. Liberty Yogyakarta.

Tidak ada komentar: