Jumat, 27 Juli 2012

Questions for Bahasa Indonesia 

Direction: complete the sentences with a superlative and preposition
  1. It is a very nice room. it is .......the hotel 
  2. it is very cheap restaurant. it's ..........town 
  3. he is a very rich man. he is ........the world 
  4. it was a very bad experience. it was ...........my life 
  5. I've never seen such a boring movie. it's ..........................I've ever seen. 
.........GOOD LUCK........
Questions for ELT
  
Answers these questions based on your experience and your knowledge that you have gotten in teaching learning process that we have done.
  1. What is a good language teaching textbook like?
  2. Which is correct: at page 20, on page 20, in page 20?
  3. what are you done everyday classroom routines?
  4. How you develop your students skill?
  5. How you use technology in your class? 
......GOOD LUCK ......

Rabu, 23 Juni 2010

Pembelajaran berbasis Stimulus Respon

A.      Latar belakang

Pemerolehan dan pembelajaran bahasa adalah dua hal yang berbeda. Pemerolehan bahasa di dapatkan di sekolah sedangkan pembelajaran bahasa didapatkan di sekolah. Ketika anak baru lahir sudah mulai mencoba mengenal kata-kata yang diungkapkan oleh orang dewasa. (Browen, 2007:27) anak yang baru lahir berceloteh, mendekur, menangis, hal tersebut dialakukan oleh seorang anak untuk mengirim pesan kepada anaknya dan ketika seorang ibu yang memberikan air susunya sambil mengatakan mimik…ke pada anaknya, anak tersebut telah menerima pesan. Setelah anak tumbuh besar anak mulai measuki pendidikan forma (TK, SD) disana anak mendapatkan pembelajaran mengenai bahsa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan mengenai pemerolehan dan pengajaran bahasa pada anak usia dini. Pasal 1 Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak  ahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (italic penulis). Jelaslah, pendidikan pada anak usia dini adalah untuk memberi  ransangan pada anak usia dini.  Hal tersebut sesuai dengan teori behvioris yang mengemukakan stimulus respon. Seorang anak memperoleh dan belajar berbahasa pertamakali pada ibunya dimana seorang ibu dengan memberikan stimulus-stimulus pada anaknya.  Anak yang diberikan tangisan akan merespon baik itu dengan gesture, tangisan, kedipan, maupun ucapan. Merujuk pada pasal 1 yang telah dikemukakan diatas mengenai pendidikan anak usia dini sejalan dengan terori behavioristik yang mendasarkan pada stimulus respon.

Berdasarkan pada latar belakan diatas mengenai pemerolehan dan pengajaran bahasa pada anak usia dini. Teori behavioris sangat sesuai dijadikan sebagai salah satu cara untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan bahasa pada anak seperti yang diharapkan pada pasal I UU Sistim pendidikan di Indonesia. 

Key word: pemerolehan bahasa, pengajaran bahasa, anak usia dini, stimulus-respond.

B.       Pembahasan Teori

1.    Pemerolehan bahasa


Menurut teori behaviorisme, pemerolehan bahasa bersifat nurture, yakni pemerolehan itu ditentukan oleh alam lingkungan. Pemerolehan bahasa pada anak ditentukan oleh alam lingkungan. Jadi, pengetahuan apa pun yang kemudian diperoleh oleh manusia itu semata-mata berasal dari lingkungannya. Sedangkan Chaer menjelaskan mengenai  Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak-anak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003: 167).

Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak memperoleh bahasa pertamanya. Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari. Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi memerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa. Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati atau memersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Chaer 2003:167). Hampir sama apa yang dijelaskan oleh Mowrer (1954), Skinner (1957), dan Osgood (1963) menganggap bahasa merupakan wujud dari perilaku belajar lainnya. Bahasa, sebagai serangkaian hubungan antara makna dan kata, kata dan fonem, serta pernyataan dan tanggapan yang dipelajari atau dikondisikan melalui asosiasi antara stimulus dan respons. Kekuatan ikatan stimulus-respons menentukan probabilitas terjadinya suatu respons tertentu.

2.    Pengajaran Bahasa.

Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak-anak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya (Chaer, 2003: 167). Sdangkan (Brown 2007:8) mendefinisikan pembelajaran adalah menunjukan atau membantu seseorang mempelajari cara melakukan sesuatu, memberi instruksi, mamandu dalam pengkajian sesuatu, menyampaikan pengetahuan, menjadikan tau atau paham.

Mengenai pemebelajaran bahasa pada anak usia dini dijelaskan oleh beberapa akhli aliran behavioristik:

1.      Teori Ivan paplov mengangap bahwa pembelajaran merupakan rangkainan panjang dari respon-respon yang dibiasakan.

2.       Teori penghubungan Tordike, Tordike menganggap bahwa pembelajaran merupakan suatu proses menghubung-hubungkan di dalam sistim saraf and tidak ada hubungannya dengan insight atau pengertian.

3.      Teori Waston, dalam pemebelajaran waston mendasarkan pada hubungan stimulus-respons ini, ada dua prinsip penting dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh waston 1) recency principle, dan 2) frequensi principle.

4.      Teori kesegraan Guthrie, Guthrie menganggap bahwa pembelajaran tidak berlangsung secara perlahan-lahan atau berangsur-angsur, tetapi secara coba-tunggal (single-trial), artinya orang tua dan guru harus memberikan latihan dan ulangan untuk membiasakan stimulus baru untuk menimbulkan respon.

5.      Teori Pembiasaan operan Skinner, teori pembiasaan skinner dalam pembelajaran mendasarkan kepada prinsip pembelajaran melalui penguatan. Dalam pembelajaran guru merupakan arsitek utama dalam pembentukan tingkah laku agar siswa dapat bertutur sesuai dengan pembelajaran bahasa itu.

6.      Teori Pengurangan Dorongan Hull, dalam pembelajaran bahasa Hull menekankan pentingnya atau perlunya dorongan utama dan dorongan yang diperoleh untuk menimbulkan respons.

7.      Teori Mediasi Osgood,  Osgood menyatakan bahwa proses pembelajaran bahasa tersebut adalah S stimulus, Rm adalah respons mediasi, Sm stimulus medias dan  R adalah respons. Hal tersebut merupakan rangkaian proses belajar pada anak.

8.      Teori Dua factor Mouwer, Mouwer adalah teori yang menggabungkan dua aliran yaitu behevioristik dan kognitif namun Mouwr lebih cendrung ke teori behevioristik. Dalam pembelajaran Mower menggabungkan dua aliran tersebut dalam pembelajaran bahasa yaitu stimulus dari sebuah objek atau suatu situasi dan akan membangkitkan respon yang membangkitkan emosi, istilah tersebut yang sering dikatakan sebagi meditasi.



3.    Anak usia dini.


Pendidikan pada anak usia dini sangatlah penting untuk perkembangan anak sebelum melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan pada usia dini bertujuan meransang pertubuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Hal tersebut juga dijelaskan dalam Pasal 1 UU sikdiknas dijelaskan mengenai Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak  ahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan usia dini tidak hanya dilakukan di pendidikan formal tetapi pendidikan usia dini juga dilakukan di lingkungan informal maupun non-formal. Dalam pendidikan informal dan informal khususnya keluarga sangatlah penting dalam mengembangkan kemampuan anak baik dari segi jasmani dan rohani sehingga anak tersebut memiliki kesiapan dalam memasuki dunia pendidikan formal. ketika anak sudah siap mendapatkan bahasa maka anak tersebut telah masuk ke masa kritis (Critical period) dimana dimasa kritis ini sangatlah penting bagi anak untuk mendapatkan input bahasa dari lingkungannya.

Pertamakali anak belajar lingkungan terkecil yaitu keluara. Dimana didalam keluara anak belajar baik berkomunikasi maupun bersosial. Teori kasih sayang yang dikemukakan oleh John Bowlby (Bowlby 1969, 1988) mngatakan bahwa Ikatan kasih sayang, sebagai satu istilah yang terkait dengan  ontak, berasal dari teori kasih sayang (attachment). Hal tersebut telah terbukti kitaka anak yang baru lahir bagimana seorang ibu berkomunikasi dengan anaknya menggunakan bahasa sang ibu. kalau kita memperhatikan seorang ibu yang memberi pelajaran kepada anaknya dengan memberikan ransangan yang sedemikian rupa sehingga anak tersebut tertawa walaupun bunyi yang dikeluarkan oleh sang anak (bahasa bayi) tidak dipahami tapi itulah suatu bentuk ransangan (pembelajaran) yang diberikan ibu kepada anaknya. Seperti yang dikemukakan oleh (bruner, 1974/1975) Orang tua secara sistematis melatih (menstimulus) anak mereka untuk dapat membedakan objek/proses joint reference.

 4.    Stimulus respon.

Thornike, salah seorang penganut paham behavioristik, menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang sisebut stimulus (S) dengan respon yang diberikan atas stimulus tersebut. Hal tersebut berlaku tidak hanya berlaku pada hewan semata melainkan pada manusia juga. Hal tersebut telah dibuktikan dalam penelitian ilmiah yang memberikan hasil positif terhadap pemerolehan bahasa pada anak maupun pengajaran bahasa pada anak baik pada tingkat usia dini maupun pada usia dewasa. Paham behavioristik yang mendasarkan pada stimululs respon akan membuat anak dalam proses belajar dan mengajar lebih mengaerakan karena anak akan merspon bila stimulus yang diberikan menarik bagi anak. Selanjutnya, Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick, 1981:13) mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hukum-hukum berikut: (1) Hukum latihan (law of exercise), yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan respon serting terjadi, maka asosiasi itu akan terbentuk semakin kuat.

Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (response). Perilaku bahasa yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Dengan demikian, anak belajar bahasa pertamanya. Menurut Skinner (dalam Dardjowidjojo 2005: 235) bahasa tidak lain adalah seperangkat kebiasaan. Kebiasaan hanya dapat diperoleh melalui latihan yang bertubi-tubi (drills).

Menurut aliran ini, belajar merupakan hasil faktor eksternal yang dikenakan kepada suatu organisme. Menurut Skinner, perilaku kebahasaan sama dengan perilaku yang lain, dikontrol oleh konsekuensinya. Apabila suatu usaha menyenangkan, perilaku itu akan terus dikerjakan. Sebaliknya, apabila tidak menguntungkan, perilaku itu akan ditinggalkan. Singkatnya, apabila ada reinforcement yang cocok, perilaku akan berubah dan inilah yang disebut belajar (Safriandi, 2009).

Sedangkan Watson mengemukakan dua prinsi yaitu recency principle dan frequensi principle. Namun pertam saya inging menjelaskan recency principle dan frequensi principle. Recensy dalam artian jika suatu stimulus yang menimbulkan respon, maka kemungkinan stimulus itu akan menimbulkan stimulus yang sama apa bila deberikan umpan dengan memberikan selang waktu. Frequensi principle adalah apabila suatu stimulus diberikan lebih sering maka akan menimbulkan suatu respon, dan jika diberikan stimulus lagi maka akan besar kmungkinan akan terjadi respon yang lebih besar dari sebelumnya.

Skinner yang dikenal sebagai tokoh aliran neobehaviorisme. Berikut mengenai percobaan skinner: biji makanan adalah penguat (reinforcer) pristiwa penekanan batang besi disebut penguatan reinforcing event); munculnya makanan disebut rangsangan penguat (reinforcing stimulus); prilaku tikus disebut prilaku yang dibiasakan (conditioned respose). Dalam kontek pembelajaran silahkan dibaca dibwah ini.

 C.      Pembahasan.

a)      Penerapan Stimulus Respon dalam Pemerolehan dan Pembelajarn Bahasa pada Anak Usia Dini.

Dalam pembahasan disini kami hanya ingin menfokuskan pada teori Penghubung THordike. Hal tersebut dilakukan untuk lebih focus pada diskusi mengenai teori yang telah dikemukakan oleh Thordike. Itu dilakukan karena keterbatasan waktu.

Ada beberapa pendekatan yang dilakukan para psikolog behavioristik dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Brown 2007:28 pendekatan behavoristik berfokus pada aspek-aspek yang bisa ditangkap langsung dari prilaku linguistik-respons yang bisa diamati secara nyata dan berbagai hubungan atau kaitan antara respon-respon itu dan pristiwa-pristiwadi dunia sekeliling mereka. Medasarkan pada hal tersebut pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa pada anak usia dini merupakan sesuatu hal yang betul-betul nyata yang bisa di denganr, dilihat, diraba, dan dicium bukan awang-awan. Orang tua atau guru yang berfungsi sebagai penstimulus dalam pemerolehan dan pengajaran bahasa pada anak harus jelas dan bermanfaat bagi perkembangan bahasa anak. Sehingga anak tersebtu akan lebih mudah memahami dan medapatkan apa yang dia pelajari khususnya dalam berkomunikasi.

Dalam proses pemerolehan dan pengajaran bahasa pada anak usia dini seorang guru berfungsi sebagai pemandu, menunjukan, menyampaikan memberikan ransangan kepada anak didiknya sehinga anak didikny tersebut melakukn respon. Pengajaran bahasa pada usia dini, seorang guru harus memberikan respon yang menarik bagi anak tersebut. Dalam teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Pavlov dalam memberikan stimulus terhadap seekor anjing dengan  melakukan empat langkah dalam melakukan percobaanya 1. Menentukan entry behavior (prilaku awal), 2. Melakukan rumusan secara eksplisit tujuan dari kegiatan, 3. Merancang metode pelatihan berdasarkan entry behavior dan 4. prosudur evaluasi. Hal-hal tersebut harus diperhatikan dalam proses pemerolehan dan pengajaran bahasa.

Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa orang tua dan guru harus memperhatikan hal-hal tersebut  sebelum prosess belajar dan mengajar berlangsung. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru yaitu menentukan entry behavior artinya seorang guru harus mengetahui apa perangsang (Media, Materi, Metode, kekereatifan guru),  Langkah kedua melakukan rumusan secara eksplisit tujuan kegiatan, dalam proses belajar dan mengajar, yang ketiga guru harus merancang tindakan apasaja yang digunakan dalam proses belajar and mengajar yang terakhir prosudur evaluasi. Perosudur tersebut terlihat pada RPP. Dalam RPP telah ditentukan semua tersebut bagimana langkah-langkah seorang guru dalam proses pembelajaran dikelas namun yang jadi pertanyaan disini apakah guru sudah melakukan langkah-langkah tersebut dengan benar?

Dalam pemerolehan dan pembelajaran orang tua dan guru harus mengusahakan  semaksimal mungkin utuk melakukan latihan baik dalam kelas (indoor) maupun diluar kelas (out door). Hal tersebut dilakukan agar the law of exercise bisa tercapai-penguatan. Dalam hal ini, hukum latihan mengandung dua hal:

1.      The Law of Use: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat, kalau ada latihan yang sifatnya lebih memperkuat hubungan itu sehingga akan menyebabkan sebuah kebiasaan pada pembelajar. Dengan melakukan latihan yang terus menerus akan menyebabkan siswa lebih kuat dalam mengingat mata pelajaran, realitas yang sering kita alami bahwa setelah kita selesai dalam suatu mata pelajaran seorang guru biasanya memberikan tugas rumah hal tersebut dilakukan untuk melakukan latihan kembali sehingga siswa bisa memahaminya dengan sedalam-dalamnya.

2.      The Law of Disue: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-latihan dihentikan, karena sifatnya yang melemahkan hubungan tersebut. Oleh sebeb itu dalam pembelajaran sisiwa harus lebih berperan dalam kelas dan guru hanya sebagi fasilitator, motivatior dalam proses belajar.



3.      The law of effects


Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon yang cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.  Koneksi antara kesan panca indera dengan  ecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.

1.      Anak Umur (0 – 1 bulan)

Menurut teori behaviorisme anak yang lahir bagaikan piring kosong (nurture) piring kosong tersebut akan terisi di lingkungan keluarga. Ketika seorang ibu yang menyodorkan air susunya kepada anaknya dengan mengatakan mimic….. itu adalah salah satu stimulus yang diberikan ibu kepada anaknya. Anak tersebut hanya bisa menangis. di saat ibu menyodorkan air susunya kepada anaknya terjadi sebuah prosess belajar dan mengajar. Proses belajar dan mengajar yang dimaksudkan adalah ibu belajar menyusui dan mengajar anaknya untuk meminum air susu. Kalu kita jauh memperhatikan anak yang pertama kali menysu pada ibunya, anak tidak tahu bagiman menyusu dan dimana tempatnya, seorang ibu akan dengan pelan-pelan menyodorkan air susunya di mulut sang anak. Hal tersebut adalah sebuah prosess pemerolehan bahasa dan pengajaran terhadap anak. bayi yang belum mampu mengatur gerakannya. gerakan–gerakan yang dilakukan oleh bayi merupakan gerakan-gerakan spontan yang merupakan salah satu bentuk respon yang dilakukan oleh bayi. Grakan yang di lakukan oleh bayi tersebut yang disebut dengan  reflex. Terdapat dua macam refleks yang ditunjukkan oleh bayi, yaitu:

a.      Mass activity

Merupakan refleks dimana seluruh anggota tubuh merespon terhadap rangsang yang diberikan. Rangsangan itu bisa berupa sinar, suhu udara dan perubahan suara.

b.      Specific activity

Merupakan refleks dimana hanya sebagian tubuh saja yang memberikan respon. Contohnya respon bayi terhadap sentuhan. Bahkan senyumannya pun juga merupakan gerakan refleks.



Gerakan refleks ini berfungsi membantu bayi untuk belajar mengontrol dan sekaligus melindungi tubuhnya. Artinya, refleks membantunya untuk bertahan hidup dan juga untuk melindungi bagian-bagian tubuhnya yang masih sangat rentan.  Beberapa gerakan refleks bayi pada masa ini akan menghilang ketika bayi berusia kira-kira 6 bulan.

 2.      Anak Umur 1 – 6 bulan

Pada usia ini proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa terhadap anak semakin aktif. Itu telihat pada penguasaan gerak sudah mulai terkontrol. Fungsi penglihatannyapun berkembang dengan baik, sehingga pada usia ini anak mulai belajar untuk meraih dan memegang objek yang ada di dekatnya. Pemerolehan dan pengajaran yang dilakukan oleh ibu kepada anaknya adalah salah satu bentuk kasih sayang dan kewajiban ibu kepada anak-anaknya seperti yang dikemukakan dalam sistim pendidikan di Indonesia. Melihat perkembangan anak yang makin maju ibu mengajarkan anak untuk mengucapkan kata-kata tertentu. Anak yang sifatnya mengadopsi ucapan orang tuanya, disini terjadi sebuah proses pemerolehan bahasa pada anak tersebut. Seorang ibu yang mengajarkan anak-anaknya berbahasa akan memberikan stimulus-stimulus yang menari yang sifatnya nyata. Hal tersebut dialakukan oleh ibu untuk membantu anak-anaknya berucap dan mengenali. Seperti yang dikemukakan oleh Owens (1998) Anak pada awalnya belajar diri yang nyata atau pristiwa yang berhubungan dengan apa yang telah diamati/dialami oleh anak. 

Pada usia ini, dimulai kira-kira pada usia 4 bulan, bayi mampu memproduksi suara yang disebut dengan babbling, karena pada saat ini bayi mulai belajar untuk menirukan suara yang didengarnya. Pada tahap ini akan terlihat lebih jelas bagaimana terjadi proses pemerolehan dan pengajaran yang dilakukan oleh ibu diengan memberikan ransangan-ransangan yang membuat anak tersebut merespond dan memperoleh bahsa.

3.      Usia Umur 7 – 12 bulan 
 Proses pemerolehan dan pengajaran baik yang bersifat fisik maupun ucapan terlihat pada usia ini. pada tahap ini juga anak sudah makin berkembang baik dari segi pisik dan ucapan-ucapannya. Pada usia ini Bayi mempelajari metode-metode gerak yang berbeda. Hal tersebut terjadi proses pembelajaran yang berupa stimulu respon yang dilakukan oleh ibu, proses pembelajaran yang dilakukan oleh ibu dari segi fisik. itu akan terlihat ketika seoran ibu yang mengajarkan anaknya untuk duduk, merangkak dan berjalan. Hal tersebut dijelaskan oleh (Owens1998) bayi sudah mulai belajar duduk, merangkak dan akhirnya berjalan. Selain itu perkembangan bayi dari segi linguistik juga terjadi peningkatan yang sangat signifikan adapun perkembangan bayi antara lin; anak mulai belajar untuk memecahkan masalah dan bereksperimen dengan kemampuan bicaranya, yaitu dengan memproduksi reduplicated babbling. Selain itu, dia mulai mengenali nama dan memandang ke arah objek yang menyebut namanya. Di usia ini anak mulai mampu untuk mengenali, mengingat suatu objek. Selain itu, dia mulai mampu untuk mencari mainannya di tempat-tempat yang dia kenali dimana dia terakhir melihatnya.  Hal tersebut merupakan sebuah proses pemerolehan dan pengajaran bahasa yang dilakukan oleh anak.

Dalam perkembangan sosialnya, bayi di usia ini mulai belajar untuk menirukan orang yang ada di sekitarnya. Dia belajar untuk mengingat kejadian-kejadian yang sering terjadi di sekitarnnya, sehingga dia mulai mengharapkan suatu kejadian untuk kemudian menantikan hasil dari tindakan tersebut, misalnya dia menginginkan untuk pergi, kemudian dia bisa melambaikan tangan “da-da”.

4.      Pada Umur 12 – 24 bulan
Pada usia ini anak mulai memperoleh dan belajar tidak hanya kepada orang tua atupun orang sekitarnya namun anak mulai belajar untuk mengenali benda dengan menggunakan indra penglihatan dan juga perabanya. Dalam al-quran juga di jelaskan mengenai bagimana kita belajr di alam sekitar kita, Surat al-Muluk di sana di jelaskan bagimana kita belajar dan menyadari akan kekuasaan alloh swt “Kekuasaan dan ilmu Allah yang tergambar di alam semesta”. Hal itu akan terlihat pada anak ketika dia belajar dari hal yang paling sederhana contoh ketika seorang ibu yang mengajak anaknya bermain di luar rumah dan anak tersebut melihat seekor kucing, anak tersebut menunjuk kucing tersebut dengan mengatakan semampunya lalu ibu mengajarkan bahwa ini namanya meong dan anak tersebut mengatakn maoung….. dari contoh diatas kita lihat bagiaman lingkungan juga sebgai stimulus bagi anak. Dari contoh diatas juga bisa mengetahui bahwa terjadi  prosess pembelajaran kepada anak ketika sang ibu mengajarkan anaknya mengucapkan moung. Selin itu pada usia 12-24 bulan ini tidak lagi memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya untuk dapat mengenali benda tersebut. Dia mengenali benda dengan cara memegang, menarik, mendorong atau memindahkannya. Di usianya ini dia sangat menyukai hal-hal baru dan dia juga mulai belajar untuk mengungkapkan “suka” dan “tidak suka”. Dengan timbulnya rasa suka dan tidak suka ini, dia mulai menunjukkan sikap possessive terhadap mainannya.

5.      Anak pada Usia 3 – masuk sekolah.
Pada umumnya, di usia ini anak mulai belajar untuk mandiri. Dia mampu melakukan aktivitas pribadinya sendiri seperti memakai baju dan makan. Kamampuan mengingatnya sudah mendekati kemampuan orang dewasa sehingga dia mulai dapat memecahkan masalah berdasarkan pengalamannya. Kemampuannya untuk memahami konsep juga berkembang. Pada usia ini anak mampu menguasai 900 – 1000 kosakata yang memungkinkannya untuk menyusun kalimat-kalimat sederhana. Dia mulai menyukai permainan-permainan yang memungkinkan dia untuk berimajinasi, dengan cara mengambil suatu objek, dan menganggap sebagai objek lain dalam khayalannya.

Kemampuannya dalam mengatur gerakannya membuat anak mampu untuk bebas bergerak. Anak usia 4 tahun ini mampu untuk mengingat masa lalu dan kemudian menceritakannya pada orang lain. Kamampuan ini sangat berpengaruh pada perkembangan kemampuan bahasa anak. Di usia ini anak biasanya sudah menguasai kira-kira 1500 – 1600 kata, sehingga memungkinkan bagi dia untuk menyusun kallimat-kalimat yang lebih rumit.

Secara sosial, anak usia 4 tahun ini mulai menyukai permainan-permainan yang dilakukan secara berkelompok. Dia juga mulai mampu untuk bekerjasama dengan teman-temannya. Secara kognitif, anak mulai mempunyai banyak sekali pertanyaan tentang segala hal yang ada di sekitarnya. Anak  selalu penasaran atas segala hal yang dia temui.

Di usia ini, anak mulai mempunyai peka terhadap lingkungannya. Dia juga mulai memiliki kepekaan atas fungsi bagian tubuhnya. Sebagai contoh, dia mampu untuk mengkoordinasikan gerakan tangan kanan dan kirinya sehingga memungkinkan dia untuk memotong makanannya sendiri, menggambar dan menyalin beberapa huruf. Selain itu, dia mulai mengenali penanda-penanda waktu seperti sekarang, besok, dan kemarin yang membuatnya mampu untuk mengenali suatu hubungan sebab akibat.

Pada usia 6 tahun anak sudah mulai belajar secara sadar apa yang dia lakukan. Pada tahun usia ini anak aktif dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa. perkembangan dan kemampuan anak makin meningkat dan anak juga lebih akatif ketika mendapat stimulus. Stimulus yang diterima oleh anak akan merespond dengan aktif dan respon yang dilakukan oleh anak bisa berbentuk positif dan negative. Untuk mengatasi anak yang merespon negative disini fungsi orang tua dan guru sangat lah penting. Oleh sebab itu guru dan orang tua harus memberikan stimulus yang positif dan realistic sehingga anak lebih cepat memahami dan daya nalarnya berkembang. Selain itu pada tahap anak masuk sekolah perkembangan motorik kasar dan halus pada anak usia sekolah sudah mendekati sempurna. Pada masa in anak sudah bisa belajar bersepeda dan bisa menangkap bola. Kemampuannya untuk mengontrol penglihatannya memungkinkan anak ini untuk memiliki semacam hobi dan menyukai kerajinan tangan. Selain itu, tingkat kemandirian anak juga mulai berkembang.



D.      Kesimpulan.

Dari Penjelasan di atas mengenai pemerolehan dan pengajaran bahasa pada anak, kita bisa menyimpulkan bahwa:

1.      Anak pada umur 0-1 bulan telah tidak hanya memperoleh bahasa dengan peniruan namun pada anak usia 0-1 bulan anak juga mendapatkan pengajaran bahasa dari ibunya. Hal tersebut terlihat ketika naka yang ingin meminum susu pada ibunya. Anak tidak tahu sebelumnya dimana tempat dan bagimana caranya namun ibu selalu memberi tahu tempat dan posisi sehingga anak secara tidak lansung pemerolehan dan pngajaran baik bersifat bahasa maupun non-bahasa.

2.      pada usia 12-24 bulan anak telah mulai bersosisal tidak hanya dalam lingkungan rumah namun pada objek sekitarnya. Mengenai pembelajaran anak terhadap objek-objek yang ada di sekitarnya sejalan dengan apa yang telah dijelaskan dalam al-Quran. Surat al-Muluk di sana di jelaskan bagimana kita belajar dan menyadari akan kekuasaan alloh swt “Kekuasaan dan ilmu Allah yang tergambar di alam semesta”. Jadi teori yang dikemukakan oleh beberapa akhli telah ada di jelaskan dalam al-Quran.

3.      Pada umur usia 3 tahun sampai masuk sekolah anak lebih cepat memahami sesuatu melalui pembelajaran yang sifatnya realistic. Namun pada usia ini juga anak masih melakukan pemerolehan bahasa.

4.      Dalam pembentukan karakter anak, Guru, Orang Tua maupun instansi lain yang terkait dengan anak, melalui pembelajaran dan pemerolehan yang didasarkan pada stimulus respon anak akan lebih mudah memahami apa yang mereka pelajari secara langsung maupun tidak langsung.

5.      Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa anak mulai dari kandungan ibunya sudah melakukan pemerolehan dan pembelajaran sampai pada masa tua. Yang sekarang kita kenal dengan pembelajaran “Pemberantasan aksara”.  Mengenai hal tersebut juga dijelaskan dalam hadis yang berbunnyi “atolubul ilmu menal mahdi ilal lahdi” yang artinya: “tuntutlah ilmu dari sejak kamu lahir hingga ke liang lahad”.
Daftar Pustaka

Brown H. Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, versi Indonesia. Jakarta: Duta Besar Amerika.

Bloomfield, Leonard. 1998. Language (xxx,penerjemah). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Chaer Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Elliot, Alison J. 1996. Child Language. Cambridge: The Press Syndicate of the University of Cambridge.

Owens Jr, Robert E. 1992. Language Development: An Introduction (3rd Edition). Singapore: Maxwell Macmillan International.

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2003. Nomor 20 mengenai Pendidikan Anak




Laporan Penelitian Gender

A.    Latar Belakang.
Seperti yang kita ketahui bahwa, letak geografis sangat menentukan orang tersebut dalam bertindak, berfikir, berkomunikasi dan cara pandang mengenai suatu objek. Orang yang berada di suatu daerah yang memiliki suatu bahasa yang berbeda, budaya yang berbeda, cara berpakaian yang berbeda, secara tidak sadar orang tersebut akan terpengaruh dengan keadaan dimana tempat dia berada. Menurut Santrock, (1996: 372) menjelaskan bahwa gender adalah dimensi sosial budaya seseorang sebagai laki-laki ataupun perempuan, dimana peran gender merupakan suatu set harapan yang menetapkan bagaimana perempuan dan laki-laki harus berpikir, bertindak, berbahasa dan berperasaan. Mengenai pergeseran bahasa / perubahan bahasa dijelaskan oleh Holmes (1995: 62) alih kode atau campur kode terjadi pada suatu bahasa penggunanya lebih dominan. Alih kode campur kode pada Mahasiswa Sasak yang berada di Yogyakara merupakan suatu awal dari pergeseran bahasa / perpindahan bahasa ke bahasa yang mendominasi di tempat daerah tersebut.
Waugh & Schooneveld (1980:17) claims there are subtle differences in the speech of man and women. Theose differences are due in part to cultural and in part to biological factor. Bahasa laki-perempuan ketika berkomunikasi dengan sesama Mahasiswa Sasak yang berada di daerah Yogyakara akan tetap  mempertahankan nilai-nilai bahasa yang sudah tertanam dalam masyaraktat Sasak (first language) atau sebaliknya. Letak geografis sangat menentukan seseorang dalam pemilihan bahasa.
Laki-laki berkomunikasi dengan sesama laki-laki akan berbeda ketika berkomunikasi dengan perempuan dan sebaliknya. Perempuan berkomunikasi dengan sesama perempun akan berbeda ketika berkomunikasi dengan laki-laki. Perbedaan antara laki-perempuan yang disertai dengan perbedaan letak geografis dimana tempat mereka tinggal akankah menyebabkan menyebabkan bahasa pertama (first language) mereka tidak digunakan lagi. Perbedaan tersebut adalah sebuah phenomena bahasa dan gender yang sangat menarik untuk dilakukan suatu kajian yang sifatnya ilmiah sehingga, memberikan gambaran kepada kita bagaimana bentuk pergeseran/peralihan bahasa. bagimanakan bentuk sopan santun antara laki-perempuan ketika berkomunikasi dengan sesama orang sasak yang tinggal di Yogyakarta.
Deskripsi mengenai phenomena di atas  yang telah  digambarkan. Kami tertarik untuk melakukan suatu kajian yang membahas masalah tersebut dengan judul “Analisis Sopan Santun Bahasa Laki Perempuan Pada Mahasiswa Sasak Di Yogyakarta” dengan tujuan 1.) untuk mengetahui apakah laki-perempuan pada mahasiswa sasak yang tinggal di Yogyakarta tetap mempertahankan bahasa mereka? 2.) Untuk mengetahui bentuk sopan santun laki-perempuan pada mahasiswa sasak yang tinggal di Yogyakarta?

B.    Kajian Pustaka
1.     Bahasa Laki-Perempuan. 

Dindia & Allen, (1992) Wanita kecenderungan menuju keterbukaan diri, yaitu masalah mereka dan berbagi pengalaman dengan orang lain, sering menawarkan simpati, kontras dengan kecenderungan laki-laki untuk pengungkapan non-diri dan mengaku nasihat atau menawarkan solusi ketika berhadapan dengan masalah lain.
Holmes (1995) the linguistic form used by women and man contrast-to different degrees-in all speech communities. There other ways too in which the linguistic behavior of women and man differ.
Menurut Dorval (1990), di ruang kerjanya interaksi teman sesama jenis, laki-laki cenderung lebih sering mengubah topik daripada wanita.
Waugh & Schooneveld (1980:17) claims there are subtle differences in the speech of man and women. Theose differences are due in part to cultural and in part to biological factor. For example women usually use a higer register of voice and wider pitch range, particularly when they are excited, then men do.
Menurut Ofsted (2007: Chambers, 2008: 150) mengemukakan adanya perbedaan yang jelas pada setiap anak baik laki-laki dan perempuan.
Lakoff suggested that women’s speech was characterized by linguistic features such as the following.
  • Lexical hedges or fillers, e.g. you know, sort of, well, you etc.
  • Tag question, e.g. she’s very nice, isn’t she?
  • Raising intonation on declaratives, e.g. it’s really good.
  • ‘empty’ adjectives, e.g. divine, charming, cute.
  • Precise colour terms, e.g. magenta, aquamarine
  • Intensifiers such as just and so, e.g. I like him so much
  • Hypercorrect’ grammar, e.g. consistent use standard verb forms.
  • ‘Superpolite’ forms, e.g. indirect requests, euphemisms.
  • Emphatic stress, e.g. it was a BRILLIANT performance.

2. Kontak Bahasa

Holmes (1995: 56) there are many different social factors which can lead a community to shift from using one language for most purposes to using a different language, or from using two distinct codes in different domains, to using different varieties of just one language for their communicative needs.
Fasold (1997: 217) adalah industrialisasi dan perubahan ekonomi, bahasa pendidikan dan bentuk-bentuk tekanan pemerintah lainnya, urbanisasi, gengsi yang lebih tinggi dari bahasa dominan, dan kecilnya jumlah penutur bahasa minoritas.
Paulston (2003: 394) mengatakan pada dasarnya ada tiga kemungkinan efek dari adanya kontak bahasa yang terus-menerus: pemeliharaan bahasa, bilingualisme atau peralihan bahasa. Migrasi, akses yang makin lebar terhadap bahasa tulis standard, kebijakan bahasa nasional, monolingualisme bahasa media publik merupakan faktor-faktor peralihan bahasa di satu negara, yang umumnya mengerucut pada makin dominannya bahasa-bahasa besar.
Fasold, (1997) Faktor kedua adalah migrasi baik ketika sekelompok masyarakat berpindah ke wilayah baru dengan bahasa yang berbeda sehingga mereka harus menyesuaikan diri dengan masyarakat baru tersebut, atau ketika kelompok pendatang menjadi kelompok yang dominan dan mewarnai cara komunikasi bagi warga yang didatangi ().
3. Pemilihan bahasa.
Chaedar (2004:155) Dalam kelompok mayarakat Indonesia yang multilingual tampaknya pemilihan bahasa lebih ditentukan oleh latar belakang kejiwaan, termasuk  motipasi para penuturnya
Fasold (1997: 180) mengemukakan bahwa sosiolionguistik lahir sebagai bidang studi karena adanya pemilihan dalam penggunaan bahasa.
Evin-Tripp dalam Rohman (2007) mengidentifikaskan empat faktor utama sebagai penanda pemilihan bahasa penutur dalam interkasi sosial, yaitu (1) latar (waktu dan tempat) dan situasi; (2) partisipan dalam interaksi, (3) topik percakapan, dan (4) fungsi interaksi (lihat Holmes, 1995:12).
Holmes (1995: 29) Meskipun subyek bisa memilih ragam tertentu, karena lebih mudah digunakan untuk membahasa suatu topik, terlepas dari di manapun latar tempatnya. Beberapa pakar menyebut hal ini sebagai ‘kebocoran’.


C.    Tingkatan bahasa sasak (Sasak Language levels)
Ada tiga kelas sosial pada masyarakat sasak yaitu Raden, Baiq/Lalu, Jajar Karang. Dalam masyarakat sasak itu yang di sebut dengan Bangse Menak untuk Raden, Bangse Pruangse baiq dan lalu, dan Bangse Jajar Karang untuk orang biasa. Tiga kelas sosial di atas mempunyai perbedaan bahasa. perbedaan tersebut menjadi standar bahasa sopan santun (tata kerama) yang digunakan pada masyarakat sasak. Panggilan pada Bangse Menak untuk  bapak yaitu Raden dan dende untuk ibu sedangkan untuk gadis perempuan di sebut dengan lale atau baiq. Sedangkan unutuk panggilan Bangse Jajar karan untuk bapak disebut amaq sedangkan untuk ibu di sebut dengan inaq. Tingkatan bahasa pada masyarakat sasak yaitu
1.    Bahasa Halus Utama digunakan oleh Bangse Menak (Main Class)
2.    Bahasa Halus Tengah atau sedang digunakan oleh Bangse Pruangse
3.    Bahasa Biasa (Casual Level) digunakan oleh Bangse Jajar Karang
Perbedaan bahasa pada kelas sosial yang ada pada masyarakat sasak meliputi perbedaan bentuk morphology dan syntax, bentuk morphology, itu akan terlihat pada susunan kata tertentu yang digunakan ketika berkomunikasi dengan kelas sosial tertentu apakah dia itu dari kelas sosial yang tinggi atau bahwah. (Syukri, in Muliaty, 2004: 13).
Contoh perbedaan bahasa yang digunakan oleh kelas sosial tertentu yang ada di masyarakat sasak
No    Kelas sosial     Tingkatan bahasa yang digunakan     Tingkatan bahsa     Arti dalam bahasa Indonesia


3.)    Bangse Menak


Bangse
Pruangse
Bangse Jajar
Karang     Nunasang, saq embe gedeng pelungguh?
Saq embe balen side
(balen-de)?
Saq embe balen kamu
(balen-e)?    Bahasa halus utama
Bahasa halus
tengahan
Bahasa biasa      Dimana rumah anda

Tingkatan bahasa diatas akan menjadi acuan bagi kami untuk untuk mengklasifikasikan ungkapan bahasa sopan santun (politeness) mahasiswa dan mahasiwi (laki-perempuan) yang berada di Yogyakarta.
D.    Data Analisis
1.    Data Analisis I

Data ini diambil dari dua mahasiswa laki-laki dan perempuan yang kuliah di jogja. Mahasiswa yang laki-laki sudah tinggal di Yogyakarta selama 2 tahun sedangkan mahasiswa yang perempuan sudah tinggal di Yogyakarta selama 4 tahun.
P    : tau ndak side……AB yang kuliah di uny, Dia mantan  pacar kakak tiang, dulukan dia kuliahnya di IKIP trusne bedait,
L    : tau, saya sudah ke kosnya
P    : Kakak tiang pacaran ma dia untuk mengisi kekosongan, ya tapi akhirnya dia menikah sama orang jawa
L    : demen teangka jadi laki-laki
P    : itulah… laki-laki, tapi karang dia sudah merit ma orang jawa……
L    : nu cewek, mbe olek
P    : Itu adik misan tiang dia mau masuk farmasi
L    : kapan dia datang
P    : Ah….ape unin side (ah…apa kata kamu)?
L    : Piran ne datang
P    : mungkin sudah ada seminggu …
L    : lek mbetetu taokde kuliah….
P    : Stikes Surya global, di Jln. Lingkar selatan
L    : Jauh kampusnya dari sini, Pake motor?
P    : nde Pake mobil angkut, maklum kita ndak punya motor ….ya…. sabar ajak lah.……. dan semua harus kita sukuri
L    : Banyak orang Kalijage kuliah di jogja ya
P    : He…bnyak sih….pak
L    : Lek mbe taokne
P    : Tempat yang paling banyak di asrama Lombok Timur sih…
L    : To bae lek asrama NTB banyk
P    : Eh….ndek tiang ketaok, soalnya tiang ndak pernah masuk ke sana tapi mun asrame Lombok timur jak uah tiang tame.
L    : Ada anak UAD yang kos di sini
P    : Kamarnya nuk lek mudi
L    : Ape bait jurusan
P    : B. Inggris juga ada

Dari data di atas kita dapat berhipotesis bahwa mahasiswa perempun sasak lebih cendrung menggunakan kata tiang, enggih untuk menunjukan kesopanannya. Selain itu mahasiswa perempun juga yang tinggal di Yogyakarta masih tetap mempertahankan nilai-nilai bahasa sasak ketika berkomunikasi dengan sesama mahasiswa sasak. Data di atas menunjukan bahwa terjadi peralihan kode atau campur kode yang dilakukan oleh mahasiswa sasak ketika berkomunikasi namun, ungkapan-ungkapan yang menujukan sopan tetap dipertahankan. Mengenai alih kode yang dilakukan oleh mahasiswa sasak yang berada di Yogyakarta dikarenakan oleh situasi  dan letak geografis. A ppel (1976: 76) mendefinisikan alih kode itu sebagai, “gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Adapun bentuk-bentuk alih kode, campur kode  yang dilakukan oleh mahasiswa sasak yang berada di Yogyakarta. Alhi kode dilakukan oleh mahasiswa sasak untuk menunjukan keramahan/kesopanan terhadap lawan bicara sesama orang sasak adapun bentuk ungkapan sopan yang digunakan adalah tiang, enggih, side, de, dan ne. kalau kita cermati sekilas dari dialog di atas kita bisa mengetahui bahwa perempuan lebih cendrung mempertahankan ungkapan-ungkapan sopan menggunakan bahasa sasak seperti; tiang, enggih, dan side sedangkan laki-laki lebih cendrung menggunakan kata de, side atau menggunakan bahasa Indonesia pada bentuk kata tunjuk ke kedua misalnya “kamu dan nya”.
Data juga diambil dalam bentuk interview dengan informan, adapun hasil interview dengan informan sebagai berikut:

Interviewer    : kenapa anda menggunakan bahasa sasak pada kata ganti orang ketiga, pertama seperti tiang, enggih, dan side.
Info P    : yah…biar lebih sopan sajak, kalau saya pake kata kamu, aku ntar dikirain kita sombong.
Interviewr     : ya tapi kebanyakan anda menggunakan bahasa Indonesia, kenapa ndak sekalian ajak menggunakan bahasa Indonesia? Kenapa harus menggunakan kata side dll?
Info P    : kita kan harus mempertahankan dan menjaga bahasa sasak yah walaupun bahasa kita campuran lama-lama dia akan tahu…kok, betul ndak
Interviewer    : kenapa anda menggunakan bahasa sasak pada kata ganti orang ketiga, pertama seperti side, ite, de dan ne kenapa anda tidak menggunakan kata plinggih, enggih atau tiang?
Info L    : gini semeton….kalau kita disini kita itu sama terserah dia itu mau orang bangsawan, raden apa ke semua sama.
Interviewr    : terus kenapa anda menggunakan mencampur adukan bahasa sasak dan bahasa Indonesia?
Info L    : tiang menggunakan bahasa sasak karna kita juga kan sama-sama sasak.

Kalau kita liaht hasil dari interview di atas antara laki-perempuan mempunyai jawaban yang beragam dalam menjawab pertanyaan penanya yang mengatakan “Kenapa harus menggunakan kata side?” dan dia menjawab “kita kan harus mempertahankan dan menjaga bahasa sasak yah walaupun bahasa kita campuran lama-lama dia akan tahu…” mengenai sikap atau jawaban yang di dapatkan dari informan dikemukakan oleh Anderson (1974:37) sikap kebahasaan terdiri atas dua macam yaitu (1) sikap kebahasaan (2) sikap nonkebahasaan, seperti sikap politik, sikap sosial, sikap estetis dan sikap keagamaan. Dari jawaban informan di atas kita bisa berhipotesis bahwa ada unsure sikap politik dalam peralihan atau pencampuran kode untuk menunjukan ungkapan sopan dengan bahasa sasak.

2.    Data Analisis II

Data rekaman ini di ambil pada tanggal 2 Juni 2010 tanpa sepengetahuan kedua pelaku dalam dialog. Dua mahasiswa (laki-perempuan) yang berdialog yang sedang menanyakan masalah mata kuliah. Mahasiswa tersebut adalah mahasiswa berasal dari Lombok Nusa Tenggara Barat yang sudah tinggal di Yogyakarta selama 1 Tahun. Mahasiswa tersebut kuliah di UNY.
L1    : arak pire mate kuliahe uik nane
P    : yang kemarin….. maksud plinggih pak
L1    : yang sekarang
P    : brapa yah…, teori sastra, kajian sastra, stylistika, sosiolingustik ape endah ah…..lupak tiang kakak
L1    : SKSnya?
P    : Lupak kakak…he…he..
L1    : apa sajak peljaran lek stylistika?
P    : gaya bahasa you know….gaya bahasa ….
L1    : calon orang besar ajak ni semua
P    : ini lek deket side calon dengan besar ini, eh…. kakak tetaok dengan mesak2 eh..mun tiang lelah lalok ya kuliah tiang kene ya ….alloh ….
L2        : pokok pacu-pacu ntene kuliah andek sak lulus
L1    : yang penting itenu mele berajah doang…..lamun ndek pacu belajar jak lemak lalo nambah malik
P        : ha…ha….angka kita rajin-rajin belajar kakak ……. biar kita jadi orang sukses kalau kita dah pulang…….,
L2    : yakin ajak lemak mun uah ulek jak mau senok pegawean, palagi kalu tamatan Yogyakarta.
L1        : eninik be..lamun ndek berkualitas jak plinggih…
L2        : pire sikb nyewa kos tini (berapa sewa konnya disini)
P        : tiang….pak
L        : Pire sik nyewa kos tini…….. (berapa sewa konnya disini) ?
P    : oh…… 1,5 perkamar kakak, laguk nane mukin naik pak …… sekitaran 100.00


BENTUK SOPAN SANTUN LAKI-LAKI DAN PEREMPUN YANG TINGGAL DI YOGYAKARTA
NO    LAKI-LAKI    PEREMPUAN
    Pire mate kuliahe Uik nane    ape endah…..lupak saya kakak
    eninik be..lamun ndeke berkualitas    oh…… 1,5 perkamar kakak
    Apa sajak peljaran lek stylistika    biar kita jadi orang sukses lamun kita dah pulang…….,
    pokok pacu-pacu ntende kuliah andek sak lulus    tiang….pak
    palagi kalu side tamatan Yogyakarta.     eh..mun tiang lelah lalok ya kuliah tiang kene ya ….alloh ….

    yang penting itenu mele berajah doang…..lamun ndek pacu belajar jak lemak lalo nambah malik
    tiang….pak
    yakin ajak lemak mun uah ulek jak mau senok pegawean    yang kemarin….. maksud plinggih pak


Pengklasifikasian di atas bentuk ungkapan atau kata yang menunjukan bahasa ungkapan kata sopan antara laki dan perempuan dalam berkomunikasi di Yogyakarta berbeda. Data di atas menunjukan bahwa laki-laki lebih cendrung menggunakan kata ganti ke dua menggunakan “e dan de” sedangkan untuk kata tunjuk benda laki-laki lebih cendrung menggunakan kata ganti “lek dan e”. ketika di interview kenapa tidak menggunakan kata ganti “side,plinggih,pelungguh, anda atau kamu” dalam berkomunikasi tadi? Yah… lok ngomong sesama sasak di luar daerah kan kita bisa menggunakan bahasa yang tidak sopan, beda kalau kita di daerah sasak pasti dilempar pake sandal ha…..karena disini kita sama terserah mau “Raden, Lalu atau Baiq”. Keterangan dan data di atas kita bisa menyimpulkan bahwa laki-laki yang diluar sasak tidak akan terlalu memperhatikan bentuk ungkapan-ungkapan sopan ketika berkomunikasi di luar daerah sasak
Laki-laki yang berada di daerah luar Lombok akan lebih cendrung memberikan nasihat kepada perempuan walaupun sesama letingnya seperti “pokok pacu-pacu ntende kuliah andek sak lulus”. Bentuk bahasa nasehat yang digunakan oleh laki-laki dengan menggunakan bahasa sasak. (Dindia & Allen, 1992), Wanita kecenderungan menuju keterbukaan diri, yaitu masalah mereka dan berbagi pengalaman dengan orang lain, sering menawarkan simpati kontras dengan kecenderungan laki-laki untuk pengungkapan non-diri dan mengaku nasihat atau menawarkan solusi ketika berhadapan dengan masalah lain.
Bahasa sopan santun perempuan di Yogyakarta ditujukan dengan mencampur kodekan antara bahasa sasak dengan bahasa Indonesia seperti data di atas. Hasil pengklasifikasian bahasa perempuan yang menunjukan ungkapan kesopanannya ketika berkomunikasi dengan laki-laki seperti “ape endah ah.…..lupak saya kakak” uangkapan seperti demikian adalah ungkapan yang sangat feminist dengan mengubah bentuk kata kati pertama dalam bahasa sasak “tiang” menjadi “saya”. “biar kita jadi orang sukses lamun kita dah pulang…….” Bahasa perempuan juga ditunjukan dengan penekanan yang lebih panjang pada kat-kata tertentu. Kalau kita menganalisis uangkapan yang diatas perempuan tersebut melakukan pengalihkodean untuk orang pertama jamak pada bahasa sasak kata pertama jamak adalah “ite” menjadi “kami”. Ketika saya bertanya pada perempuan tersebut “kembek ndek kadu tiang atau ite baruk pas meuni  “biar kita jadi orang sukses lamun kita dah pulang…….” Ndek te ketaok kembek ke jage mungkin uah kebiasaan jage ite neraos doang kance dengan jawa menggunakan bahasa Indonesia
3.    Data Analisis III

Data ini adalah hasil dari rekaman yang kami catat ulang. Data ini kami ambil dari dua mahasiswa yang sudah tinggal di Yogyakarta selama 3 tahun. Data kami rekam tanpa sepengetahuan pelaku dalam dialog ini. Setelah kami selesai merekam mereka, saya memberitahu maksud dan tujuan saya kenapa saya rekam.  Mereka welcome direkam dan saya meminta izin untuk melakukan interview. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi yang mendalam terkait dengan judul di atas.
L    : Lamun kesulitan hitungan SPSS ajak side pakai?
P    : enggih… tiang kan pake SPSS, arak pe care-carente lamunte ndek kadu SPSS atau excel, legu tiang lupak tiang…,rumusnya, apa namanya ya…..
L    : kebecatme lupak? Bagimana besok pas ujian. Itu harus bisa dijelaskan dan beralasan kenapa menggunakan rumus itu
L    : Makanya pake rumus apa?
P    : Lupak….
L    : Nah ini masalah……besok lok ndak menguasai bisa di lempar sama pertanyaan…makanya side harus tahu bagaimana cara manual maupun tidak, kalau tidak begiu side ndak bisa di pertanggungjawabkan.
P    : Itu makanya pa…. ya……eh lupak tiang, silikne sik ite kakak jak?
L    : Product moment, uji-T atau pake namanya rumus yang di ajarkan ma dosennya?
P    : Itu kayaknya product moment
L    : besok pasti ditanya, Kembe muk kadu product moment?
P    : Ndk taok kakak…he….ada bukunya saya punya tapi tapi di pinjam sama Bibik saya
L    : Makanya jelasnya, ape kadum?
P    : Angkak nu buku lek bibik enune…..
L    : Blajarnya pake apa terus….kalau bukunya kamu pinjamkan? sebentar lagi kamu mau persentasi proposal…..?
L    : Brapa slide persentasi proposalnya?
P    : Enam slide
L    : Benaran ke
P    : Enggih ….enam slide, yang namanya satu slide itu sekotak ye?
L    : Iya
P    : Makanya….to loh…kalau diperin jumlahnya enam lembar
L    : ya
P    : he……ha……aduh bego bangt saya, taunya prinnya ajak, tak plajari prinnya ajak lamun komputernya jak ndak ha…..
L    : singan ngapain plajari komputernya, ndek iye bidange….

Data di atas menunjukan bahwa bentuk bahasa sopan santun bahasa perempuan yang berada di Yogyakarta adalah mencamurkodekan bahasa sasak dan bahasa Indonesia. Bahasa perempuan tetap mempertahankan ungkapan sopan bahasa Sasak seperti kata; tiang, enggih, plinggih, dan side. Sedangkan laki-laki lebih cendrung menggunakan kata e, enune
4.    Data Analisis IV
Data ini diambil dari tiga mahasiswa yang sedang berdialong. Pelaku dalam dialog tersebut adalah dua laki-laki dan 1 perempuan. Ketiga mahasiswa tersebut sudah saling mengenal sebelumnya dan mereka sudah tinggal selama 4 tahun di Yogyakarta.  Kami mengambil data tersebut tanpa sepengetahuan pelaku dalam dialog tersebut namun setelah selesai kami rekam. Kami memberitahukan kepada mereka bahwa kami sudah merekam mereka stelah itu, kami memberi tahu maksud dan tujuan kami. Kami melakukan interview untuk menanyakan beberapa hal terkait dengan penelitian.  
L1    : Wan apa jenis penelitian side?
L2    : itu makanya tiang di sarankan untuk ambil PTK, makanya besok saya harus ketemu sama Pak prof. untuk membicarakan masalah judul, besok pak prof adanya di kampus jam berapa
L1    : cobak boyak jam 10 besok mungkin ada, kalau ambil PTK siap-siap mengarang ajak, maksunya mengarang side kan melakukan action paling tidak 12 kali untuk thesis dan itu harus di jelaskan tiap-tiap action itu, belum juga untuk file notenya itu kan anda menceritakan mulai dari masuk sekolah sampai akhir.
L2    : lemak jak gepeng tombong side tokol-tokol wan…
L1    : ha……masak, laguk lamute gawek jak jari senok
L1    : kembe tie tedok-tedok doang
P    : ndak nerti saya bahasanya, bahasa planet…
L1    : ha…..masak side ndak mengerti kata tombong?
P    : ndak tau, tiang semeton, soalnya ndak mengerti bahasanya, soalnya beda bahasa kita, bahasa side itu bahasa planet, tau ndak embak AB
L1    : tau, emangnya kenapa?
L2    : tiang girang jok kosnya
P    : dia itu sering pulang malam, Soalne dia aktif di..ape aren…. sejenis kayak organisasi gitu
L    : Oh…dia itu ikut di organisasi, dia itu aktif diorganisasi tarian sasak
P    : ye angka uik nun nie jok tene….laguk gerbang kos uah nutup jam 9:00 ye angka priak tiang gitak iye…
L    : kembe ndek bukan dengan lawang di kosnya sih…
P    : masak dia itu kesini kemarin jam 12:00
L    : mask..
P    : enggih…kemarin malam itu dia datang ke sini jam 12:00 makanya dia enjelongan leptop lekan tini taek tiang kadu kursi lek gerbang soalnya tinggi kan
L    : Sei jauk kunci terus, ndek batur kos?
P    : Ndek bapak kos jeuk kunci lamun uah malam

Dari data di atas kita bias mendapatkan beberapa informasi mengenai bahasa laki-perempuan mahasiswa sasak yang tinggal di Yogyakarta. Mahasiswa sasak yang tinggal di Yogyakarta ternyata masih mempertahankan nilai-nilai bahasa (ungkapan sopan) pada mahasiswa sasak meskipun dengan mencampurkodekan ketika borkomunikasi dengan bahasa indonesia. Contoh; ungkapan-ungkapan kata sasak yang masih di pertahankan oleh mahasiswa yang berada di Yogyakarta seperti; enggih (ya), tiang (saya), side (kamu). Setelah selesai rekaman kami menginterview ke tiga mahasiswa tersebut sebagai berikut;
Interviewer    : Kenapa sih side menggunakan kata enggih?
Info    : kalau kita menggunakan kata “ya” agak asing sajak soalnya ntar dikirakan kita ndak sopan
Interviewer    : Tadikan dia menggunakan Bahasa Indonesia saat berdialog dengan dia.
Info    : Walaupun…itu juga bias menujukan friendship juga tetu ndek?
Interviewer    : terus tadi juga anda menggunakan kata tiang sama side?
Info    : masak saya bilang “kamu”, ndak nyaman saja menggunakan kamu
Interviewer    : Tapi anda menggunakan bahasa Indonesia, kan yang benar “Wan apa jenis penelitian kamu/anda” bukan “Wan apa jenis penelitian side”.
Info    : Ya… untuk menunjukan kesopanan saya sajak ketika berkomunikasi kalu kita menggunakan kamu gimana….geto…

Dari hasil pengklasifikasian data di atas, saya mendapatkan beberapa bentuk uangkapan sopan yang digunakan antara laki-laki dan perempuan berdialog dengan sesama Mahasiswa Sasak. Kalau kita mencermati Mahasiswa yang laki-laki tidak terlalu mencampur kodekan (campur kode) antara bahasa sasak dengan bahasa Indonesi.  bentuk bahasa untuk menunjukan sopan santun dengan menggunakan kata “saya sudah ke kosnya”,  namun kalau kita melihat dari data yang sudah diklasifikasikan, bahwa menggunakan kata “side” walaupun si perempuan lebih lama tinggal di Yogyakarta. Setelah kami rekam saya bertanya pada si perempuan kenapa anda menggunakan kata “side, plinggih, tiang, saya” padahal si laki-laki menggunakan bahasa Indonesia. Perempuan tersebut menjawab “gimana ya….karena saya tau dia itu orang sasak ya saya gunakan bahasa sasak untuk menunjukan keramahan dan kesopanan saya pada bapak tersebut kalau saya menggunakan “kamu” klihatan kita tidak menghormati dia”.  Dari penjelasan di atas kita bias menyimpulkan bahwa perempuan sasak menggunakan kata “side” untuk menunjukan ungkapan sopan terhadap laki-laki tersebut.
Sedangkangkan si laki-laki ketika saya menanyakan kenapa anda menyapa menggunakan bahasa Indonesia kenapa anda tidak menggunakan bahasa sasak? “gimana ya kalau saya menggunakan bahasa sasak seperti “plinggih/plungguh, tiang, side dan lain-lain” agak ganjal aja lok sama perempuan palagi bukan di daerah sasak dan saya juga tidak terlalu paham dengan ungkapan-ungkapn yang menunjukan sopan menggunakan bahasa sasak”
Sopan santu bahasa laki-laki yang tinggal di Yogyakarta di klasifikasikan mereka lebih cendrung menggunakan kata ganti ke dua tunggal dengan menggunakan kata “ne dan nya” sedangkan yang perempuan lebih cendurung menggunakan kata ganti plinggih dan side untuk menunjukan kesopanannya selain itu perempuan juga menggunakan kata orang pertama tugal menggunakan kata ganti “tiang dan saya”.
E.    Kesimpulan
Dari deskripsi data, hasil interview dan penjelasan mengenai data di atas, kita bisa menarik kesimpulan mengenai sopan santun bahasa laki-perempuan pada Mahasiswa Sasak yang tinggal di daerah Yogyakarta sebagai berikut:
1.    Mahasiswa/Mahasiswi (laki-Perempuan) yang tinggal di daerah Yogyakarta tetap mempertahankan bahasa Sasak untuk menunjukan ungkapan sopan (politeness) dalam berkomunikasi dengan sesama sasak dengan mencampurkodekan bahasa Indonesia dan bahasa sasak.
2.    Mahasiswi sasak yang tinggal di daerah Yogyakarta lebih cendrung menggunakan kata tiang, enggih, plinggih/pelungguh, side, dan nya (Bahasa Halus utama dan Bahasa Halus menengah). Ungkapan-ungkapan tersebut digunakan oleh Perempuan untuk menunjukan ungkapan sopan (politeness) mereka dalam berkomunikasi dengan laki-laki/Mahasiswa Sasak.
3.    Mahasiswa Sasak yang tinggal di daerah Yogyakarta lebih cendrung menggunakan ne, de, ite, ene, side, dan nya (Bahasa Halus menengah dan Bahasa Biasa). Ungkapan-ungkapan tersebut di gunakan ketika mereka berkomunikasi dengan perempuan untuk  menunjukan sopan (politeness) mereka dalam berkomunikasi dengan perempuan/Mahasiswi Sasak.
4.    Mahasiswa/Mahasiswi Sasak yang tinggal di daerah Yogyakarta dalam berkomunikasi mencampurkodekan bahasa sasak dalam berkomunikasi dengan sesama sasak untuk menunjukan keramahannya dengan sesama orang sasak
.
Reference
Appel, Rene. Grad Huber, dan Guus Maijer. 1976. Sosiolinguistik. Utrech – Antwerpen: Het Spectrum.

Chaer A & Agustina L. 2004. Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Dorval, Bruce.  1990. Organisasi Percakapan Dan Development. Norwood, NJ: Ablex.

Fasold, Ralph. 1997. The Sociolinguistics of Society: Introduction to Sociolinguistics Vol.1. Massachusetts: Blackwell Publishers Inc.

Horne, Barrie dan Henly, Nancy. 1992. Bahasa dan Jenis Kelamin: Perbedaan dan hal Dominasi.  105-29.  Rowley, Massachusetts: Newbury.

Holmes, Janet. 1992. An Introduction to Sosiolinguistics. New York: Long Man.


Paulston, Christine Bratt, 2003, Linguistic Minorities and Language Policies in Socilinguistics:the Essential Readings (Christian Bratt Paulston & Richard Tucker-editor), Victoria, Blackwell.


Sekilas: Pembelajaran Anak dan Menuntut Ilmu



Katakanlah: Sekiranya Lautan Menjadi Tinta Untuk (Menulis) Kalimat-Kalimat Tuhanku, Sungguh Habislah Lautan Itu Sebelum Habis (Ditulis) Kalimat-Kalimat Tuhanku, Meskipun Kami Datangkan Tambahan Sebanyak Itu (pula)." (Al-kahfi, 109)

Membaca Dan Menulislah Agar Nama Anda  Dikenang dan Diukir Oleh Sejarah, Jika Tidak Anda Akan Dit telan Oleh Zaman dan angin yang tidak pernah memberikan sumbangsih terhadap mahluk di muka bumi.
(Sarwadi, 30, Mei2010)

Sekilas Tentang Belajar dan Pembelajaran
Anakmu bukanlah anakmu, mreka adalah putra-putri kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri, mreka datang melalui engkau tapi bukan dari engkau, dan walau mereka ada brsamamu tapi mereka bukan kepunyaanmu, kau dapat memberi mereka cinta-kasihmu tapi tidak pikiranmu, kau bias merumahkan tubuhnya tapi tidak jiwanya. Sebab jiwa merka mebrmukim di rumah masa depan, yang tiada dapat kausambangi, bahkan tidak dalam impian-impianmu. Kau boleh berusaha menjadi seumpama kereka, tapi jangan brusaha membuat mereka seperti dirimu. Sebab kehidupan tiada surut ke belakang, pun tiada tinggal bersama hari kemarin. Engkaulah busur dan anak-anakmulah anakpanah yang meluncur (Kahiril Gibran)

Rabu, 07 April 2010

Definition of Translation

1.    Translation

1.1    Catford (1965;22) “translation replacement of SL grammar and lexis by equivalent TL grammar and lexis with consequential replacement of SL phonology/graphonology by (non equivalent) TL phonology/graphonology.”


1.2    Venuti (1995:vii-viii) translation is of course, a rewriting of an original text. All re writing, whatever their intention, reflect a certain ideology and as such manipulate literature to function in a given society in a given way.

1.3    Douglas Robinson (2005;77) Penerjemahan adalah suatu aktivitas kecerdasan yang melibatkan proses belajar yang kompleks secara alam sadar maupun bawah sadar. Di tegaskan kembali mengenai seorang penerjemahan adalah seseorang professional yang proses batin yang kompleks baginya telah menjadi kebiasaan yang sudah melekat (sehingga bersifat bawah sadar), sekaligus seorang pmebelajar (learner) yang harus terus-menerus menghadapi prsoalan-persoalan baru dan memechakannya secara sadar dan analistis.

1.4    Catford (1965) translation is the replacement of material in one language (SL) by equivalent textual material in an other language (TL)

1.5    Translating is establishment of meaning: an explanation or establishment of the meaning or significance of something. Encarta® 2008. © 1993-2007 Microsoft Corporation

2.    Translating

2.1    Nida and Taber, (1969) “Translating is consists of reproducing the receptor language the closets natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style”

2.2    Venuti (1995) translating is a process by which the chain of signifiers that constitutes the source-language text is replaced by a chin of signifiers in the target language which the translator provides on the strength of an interpretation.

2.3    Mc. Guire (1980) “translating is rendering of source language text into the target language so as to ensure;
1.    The surface meaning of the two will be approximately similar
2.    The structure of the source language will be preserved as closely as distorted.”

3.    Translating is to reproduce a written or spoken text in a different language while retaining the original meaning Encarta® 2008. © 1993-2007 Microsoft Corporation. 

4.    Interpreting
4.1    “Interpretation is the oral translation of what is said in one language into another, so that speakers of different languages can communicate. Encarta® 2008. © 1993-2007 Microsoft Corporation.”

4.2    Nababan & Hidayat (2003:115) mengemukakan empat jenis penerjemahan lisan. Namun dari jenis yang diajukan terdapat kesamaan. Untuk lebih lengkapnya keempat jenis penerjemahan lisan tersebut adalah: (1) sight interpretation, (2) consecutive interpretation, (3) simultaneous interpretation, dan (4) whispred interpretation. Berikut uraian singkatnya:
5.    Sight interpretation merupakan suatu kegiatan penerjemahan lisan yang di dalamnya penerjemah tidak mengalihkan pesan dari teks lisan (tuturan), tetapi mengalihkan pesan tertulis dalam Bsu dialihkan/diterjemah/dibaca dalam Bsa.
6.    Consecutive interpretation merupakan suatu kegiatan penerjemahan lisan secara bergantian dalam konferensi atau pertemuan. “Proses penerjemahan dilakukan dengan cara bergantian, artinya penerjemah menjelaskan ulang setelah pembicara memberi jeda dalam penjelasannya. Jadi, urutan bicaranya adalah pembicara – penerjemah – pembicara – penerjemah, dan seterusnya” (my own explanation).
7.    Simultaneous interpretation merupakan suatu kegiatan penerjemahan lisan simultan. Dalam penerjemahan ini penerjemah berada di ruang khusus (booth) yang bersembunyi di balik kaca hitam terpisah dengan peserta konferensi.
8.    Whispered interpretation merupakan suatu kegiatan penerjemahan lisan secara berbisik. Penerjemah yang di dalamnya antara interpreter dan speaker berada bersama-sama dalam satu ruangan. Tempat duduk antara interpreter dan speaker tidak jauh. Penerjemah dan speaker duduk berdampingan. Proses penerjemahan ini dilakukan dengan cara membisikkan informasi kepada pendengarnya. Gaya bicara antara speaker dan interpreter bisa bergantian maupun bersama-sama. Tetapi penerjemah hanya boleh berbisik-bisik dilarang berbicara keras.

Lombok & Sasak Bertanya

Lombok- Sasak Mencari Jati Diri
Lombok dan sasak adalah dua kata yang berbeda, makna yang berbeda, filosofis yang berbeda, sejarah yang berbeda. A Teeuw ahli Sastra Indonesia dari belanda mengatakan bahwa istilah atau kata “Sasak” adalah refleksi dari jatidiri masyarakat Lombok. istilah-kata “sasak” dalam Lombok di Kompas; sebuah kebiasaan masyarakat yang sering menggunakan ikat kepala dengan kain warna putih pada masa itu. Seorang pneliti yang bernama Rulof Goris dari belanda menyatakan bahwa istilah “sasak” adalah sebuah alat transportasi yang berupa kumpulan bambau dan itu disebut sebagai “sak-sak”, sedangkan M Yamin, Pemerhati budaya Sasak di kompas mengatakan bahwa istilah “sasak” berarti apapun. Penjelasan yang kontrovesi antara budayawan belanda dan budayawan Lombok belum dapat meyakinkan akan kebenaran-kesahihan penjelasannya mereka karena, adanya sebuah budaya atau istilah yang digunakan mempunyai hubungan yang erat dengan penamaan dan yang dinamakan bahkan akhli filsafat seperti Socrates dan plato mencari sebuah kebenaran dengan mendalami istilah-istilah yang digunakan untuk mencari sebuah kebenaran. Jadi istilah-kata-symbol “sasak” mempunyai makna yang menggambarkan secara luas mengenai masyarakatnya. Mengenai istilah di atas yang dijelaskan oleh para budayawan hanyalah pendefinisian para colonial yang telah masuk di Lombok pada abad ke-5 sampai pada abad ke-6.


The Pure of Sasak-Lombok 

Nasrudin dan Dubel Driwantoro, adalah arkeolog bidang sejarah pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional menemukan artefak paleolitik (900.000 tahun lalu) di desa Senkere, Desa Pelambek, Lombok Tengah, 24 Februari 2000. Adapun penemuan mereka berupa subfosil tulang kering kerbau purba, serut tipe tapal kuda, kapak berimbas, kapak pentak, peralatan serpih dan bahan bantuan basal dan marmer. Temuan-temuan itu mengidentifikasikan bahwa sebelum Bali-Jawa-Belanda-Jepang masuk ke Lombok sudah ada sebuah masyarakat yang membentuk sebuah kebudayaan yang sampai sekarang masih menjadi misterius dan kita tidak mengetahui entah ketahui kemana bukti-bukti yang menjadi tonggak budaya sasak. Gunung Pirang yang berada di Desa Teruwai, Lombok Tengah yang menjadi saksi bahwa adanya sebuah kelompok yang membentuk sebuah budaya yang hidup dizamannya. Yang membuktikan bahwa adanya sebuah kelompok yang mempunyai sebuah budaya adalah ditemukannya sebuah alat prosesi pemakaman dan tulan paha yang hidup pada abad ke-4 mashi. Bukti lain juaga ditemukan ditempat yang sama adalah sebuah kendi yang ditaruh di bagian kaki jasad manusia. Pada abad ke-11, sebuah tong-tong perunggu berangka tahun 1077 masehi ditemukan di Desa Pujungan Tabanan Bali yang ditulis dengan menggunakan huruf kuadrat bertuliskan “Sasak Dana Prihan Srih Jaya Nira” yang artinya benda ini adalah pemberian dari orang sasak. Penemuan tersebut membuat saya makin berkeyakinan bahwa budaya yang yang sesungguhnya dimiliki sasak bukan seperti yang kita lihat saat ini. Sebuah Perahu tong-tong perunggu menunjukan sebelum masuknya colonial di Lombok ada sebuah hasil karya cipta masyarakt sasak yang maha indah.

Minggu, 17 Januari 2010

Abstract

Filsafat adalah cara berfikir menurut logika dengan bebas sedalam-dalamnya sampai pada persoalan. Untuk melogikakan sesuatu kita butuh cara/alat yang disebut dengan bahasa atau tanda-tanda baik itu berupa bunyi, benda, maupun istilah yang lain-lain itulah bahasa. Benda yang dianalogikan adalah bagian dari bahasa. Analogi 1+1=2 adalah sebuah analogi tanda yang sudah disepakati para pakar matimatika. tanda 1,+,=, dan 2 adalah sebuah bahasa. Untuk memaknai tanda 1+1=2 maka ada istilah dalam bahasa yaitu semantic. Kalau 1 tidak mempunyai tanda dan tidak disemantikan sama dengan oleh sebab itu menurut penlis bahwa bahasa adalah induk dari semua istilah di muka bumi.

Kata kunci: Filsafat, Ilmu, Bahasa

Introduction.

Filsafat adalah sebagai salah satu cara berfikir yang induktif (empiris), Deduktif (rasional) Ilmiah (rasional dan empiris). Berfilsafat berarti berfikir radikal dan menyeluruh, berfilsafat berarti mengupas sesuatu sedalam dalamnya. Ada tiga sifat orang yang berfilsafat diantaranya sifatnya menyeluruh, sifat mendasar, dan sifat spekulatif. Pertama sifat menyeluruh artinya ingin melihat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainya misalkan kaitan ilmu dengan moral, agama, dan kegunaan ilmu. Kedua sifat mendasar artinya orang yang berfilsafat tak percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Ketiga bersifat spekulatif artinya orang yang berfilsafat itu renungannya mendalam secara teori. Mudhofir dalam Muntasyir&Munir (2002: 4-5) mengatakan bahwa ciri-ciri berfikir kefilsafatan sebagai berikut : Radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan, Universal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. Kekhususan berpikir kefilsafatan menurut Jespers terletak pada aspek keumumannya, Konseptual, artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. Misalnya : Apakah Kebebasan itu ?, Koheren atau konsisten (runtut), Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis. Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi, Sistematik, artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu, Komprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan, Bebas, artinya sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, bahkan relijius, Bertanggungjawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang-orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.
Ada tiga pokok pembahasan filsafat yaitu Metafisika, epistimologi, dan asiologi. Metafisika membicarakan mengenai keberadaan (being) dan eksistensi (existence). Epistemologi membicarakan tentang asal-usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan antara pengetahuan dan kebenaran, dan sebagainya. Aksiologi dapat diartikan sebagai teori mengenai sesuatu yang bernilai dan memperhatikan masalah etika/kesusilaan. Dalam etika, obyek materialnya adalah perilaku manusia yang dilakukan secara sadar. Sedangkan obyek formalnya adalah pengertian mengenai baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral dari suatu perilaku manusia. Apapun bentuk ilmu pengetahuan dilandasi oleh tiga hal tersebut, termasuk ilmu tentang bahasa. Filsafat bahasa menelaah tentang ragam semantic, hermeneutic dan linguistic sampai paragmatik.

Pembahsan

Pandangan Tokoh-Tokoh Filsafat Ilmu dan Bahasa.


Plato (427-348 SM) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan yang berminat men capai kebenaran yang asli. Aristoteles (382-322 SM) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Al Farabi (870-950) menyatakan ilmu pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakikatnya yang sebenarnya. Descartes (1590-1650) menyatakan filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan. Imanuel kant (1724-1804) menyatakan ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan. Seperti yang kita ketahui bahwa tokoh-tokoh filsafat pada tahun 1980 adalah filsafat sejarah (Heidegger, 1972), filsafat bahasa (Martinech, 1985) filsafat kedokteran (Schaffner, 1992), filsafat teknologi (Winner 1986), filsafat fisika (Sklar, 1992), filsafat pendidikan (Soltis, 1981) filsafat hukum (Dworkin 1986) dan lain-lain.
Pada zaman Yunani Kuno menggunakan metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. Ernst Cassirer menyebut manusia sebagai Animal Symbol. Aldous Hxley mengatakan “tetapi karena mereka tidak mempunyai bahasa maka buah pikiran dan penemuan genius tidak itu tidak mempunyai bahasa maka buah pikiran dan penemuan jenius itu tidak tercatat dan menghilangkan begitu saja. Socrates dan plato dalam bukunya (Saidihardjo, 2003) menjelaskan suatu masalah besar dan mencari kebenaran dengan berwawancaraa sebagai cara berfilsafat, filsafat ini dinamakan filsafat dialogis. Dari penjelasan Socrates dan plato tentang bahasa adalah salah satu cara untuk mencari kebenaran dengan melakukan dialog. Dengan berdialog kita bisa mengidentifikasi atau mengetahui kebenaran. Socrates dan plato mencari kebenaran dengan membuat pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu pernyataan dengan argument dan konta argument supaya berbicara maju, menjadi lebi jelas dan hidup. (Tim Dosen Filsafat ilmu Universitas Gajah Mada 2007:20) para pilusuf analitika seperti G.E. Moore, B. Russell, L. Wittgenstein, G. Ryle, J.L. Austin dan yang lainnya berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburan-kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah atau ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Para filusuf menganalisis dan mengkaji arti istilah dalam suatu bahasa dan ini merupakan tugas pokok filsafat.

Filsafat Bahasa menurut penulis


Bahasa adalah sebuah phenomena yang sangat menakjubkan. Kalau tidak ada bahasa maka tidak akan ada kehidupan dimuka bumi. Alloh menjadikan semua yang ada di bumi dan dilangit itu dengan bahasa dan semua yang ada di bumi dan dilangit berbahasa dan semua itu adalah bahasa. Di dalam makalah ini penulis ingin menyatakan bahwa bahasa adalah filsafat dan filsafat adalah bahasa. Bahkan penulis ingin mengatakan dengan pendapatnya sendiri bahwa bahasa adalah induknya filsafat. Kenapa? Filsafat tidak akan dikatakan filsafat jika tidak ada bahasa. Seperti yang kita ketahui bahwa filsafat adalah mengolah fikir, tidak mungkin orang bisa menolah fikirnya atau berlogika dengan baik jika tidak ada bahasa dan begitu juga sebaliknya dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain termasuk ilmu matimatika, fisika, bioloi, kimia, statistic singkatnya IPS dan IPA kalau tidak bahasa maka tidak akan dikatakan itu adalah ilmu matimatika, fisika, biologi, dan kimia singkatnya IPA dan IPS.
Kita bisa membayangkan kalau tidak ada bahasa maka tidak akan bisa diungkapkan dan dijelaskan apa itu SATU dan apa itu ZAT sedangkan SATU itu adalah sebuah tanda yang menunjukan jumlah satu dan tanda satu adalah bahasa. ZAT itu adalah bahasa. Seperti apa yang dikatakan orang zaman yunani kuno seperti plato dan aristoteles bahwa bahasa digunakan untuk mengetahui arti dari sebuah fenomena, tanda-tanda yang ada dan mungkin ada di dunia. Pelato dalam Lenonard Bloomfield 1961 yang diindonesiakan I.Sutiko (1995;2) menyatakan bahwa asal mula kata-kata, dan khususnya soal apakah hubungan antara benda-benda dan kata-kata yang menamainya alami dan semestinya atau hanya merupakan hasil kesepakatan manusia saja. Jadi, bahasa adalah kunci dari semua ilmu baik yang ada maupun mungkin ada. Untuk menamakan/menandakan suatu benda itu kita membutuhkan tanda-tanda, dan memberi istilah dan itulah peran bahasa. Artinya istilah atau tanda-tanda yang digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah bahasa. Penulis ingin menggaris bawahi kata Tanda semua ilmu menggunakan tanda baik yang bisa dilihat, diraba, di dengar, dicium, dirasa dan lain-lain. Misalnya dalam ilmu statistic menggunakan tanda N itu sama dengan jumlah siswa, matimatika menggunakan tanda 1 itu menujukan jumlah satu dan itu adalah sebuah bahasa. Tanpa bahasa maka itu tidak akan dikatakan sebagai ilmu atau filsafat. Harimurti, Kamus Linguistik, edisi ke IV (2008;24) menyatakan bahwa bahasa adalah sistim lambing bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Filsafat Ilmu Kuali & Kuanti Prof.Dr.H.Noeng Muhadjir Edisi III (2006;139) mengatakan bahwa filsafat bahasa berkembang sejak awal tahun 1960 Mulai dengan Wittegenstein Philospophical Investigation. Di lanjutkan oleh Paul Grice, pengikut Noam Chomsky pada 1957 yang menjadi awal analisis tentang bahasa. Quine 1960 tentang Word and Object menjadi satu-satunya yang mengarahkan ke studi filsafat bahasa. Davidson menunjuk dua asapek penting dalam bahasa yang pertama systematic semantic structure. De Saussure pada tahun 1915an mulai mengembangkan bahasa dalam telaah structural formal bahasa yang disebut strukturalisme klasik atau linguistic formal atau linguistic ekstrinsik.

Logika bahasa

Pada abad 20 Tarski dalam Muhadjir Filsafat Ilmu (2006;27-28)membedakan logika bahasa menjadi

1) Syntaxtical Logic
Syntaxtical logic secara harfiah adalah konstruksi kalimat mengikuti penataan berdasar aturan grammar atau tatabahasa. Logic syntaxtical yang dimaksudkan dalam syntaxtical logic adalah sesuai fungsi dalam kalimat misalnya subject, predikat dan object.

2) Semantic Logic
Semantic logic secara harfiah adalah makna simbolik. Semantical logic berada berpusat pada logotrisme dan berada dikawasan karya sastra sedangkan hermeneutic logic berpusat pada the art of understanding.

3) Hermeneutic Logic.
Syntaxtical logic berada dikawasan ilmu linguistic sedangkan semantic logic berada dikawasan studi karya sastra. Hermeneutic arti harfiahnya adalah the arts of understanding.

4) Phenomenological Inductive Logic

Logika ini berangkat dari pandangan filsafati tentang fakta, kebenaran, konfirmasi, dan system inferensi logikanya yang berbeda dengan system logika filsafat lainnya. Fakta (bagi phenomenology) merupakan sesuatu yang holistic esensial dan ada intesionalitas terkandung dalam fakta tersebut. Analisis dilakukan dengan menggunakan phenomenon tersebut untuk membangun kebenaran.

5) Phenomenological Deductive Logic.
Logika ini perlu dikembangkan mengganikan ilmu manthiq. Ini digunakan dalam studi islam.


Adanya bahasa diri sudut Agama islam dan Science.


a. Sudut pandang agama Islam tentang bahasa
Chaedar Linguistik Suatu Pengantar (1993;1)Tuhanlah yang mengajarkan Nabi Adam nama-nama sebagimana termaktub dalam kitab kejadian sebagi berikut:
And the lord God having formed out of the ground all the beasts of the earth, and all the fowls of the air, brought them to Adam to see what he would call them; for whatsoever Adam called any living creature the same is it is name.

Dikatakan pula manusia diciptakan secara simultan, and pada penciptaan ini pula dikaruniai ujaran sebagai anugrah illahi, dan di surga tuhan berdialog dengan Nabi adam dalam bahasa Yahudi. Sebelum abad ke-18 teori-teori asal bahasa ini dikatagorikan sebagai divine origin (berdasarkan kepercayaan)
Menurut pemikiran penulis dan keyakinan tentang bahasa, Pada dasarnya bahasa itu bersamaan dengan adanya manusia karena tidak mungkin manusia ada jika tidak ada bahasa. Sedangkan dengan bahasa alloh menciptakan manusia (Kuhn payakhn). Seandainya tidak ada tanda-tanda (bahasa) yang digunakan oleh adam lalu, adam mengucapkan kalimat sahadat dengan apa? Tanda-tanda yang dimaksudkan diatas itu berupa tanda-tanda, symbol atau sistim bunyi yang kita kenal sekarang dengan bunyi vocal (Berdasarkan kepercayaan).

164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Dari sudut pandang agama islam sudah sangat jelas bahwa alloh menciptakan manusia manusia, air, hewan, bahasa, pengisaran angin, dan awan sebagai tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi orang-orang yang mau berpikir bukan orang yang tidak berpikir. Yang menjadi permasalahan di sini adalah manusia belum menyadari bahwa bahasa itu adalah bahasa yang digunakan alloh untuk menciptakan semua yang aku tahu dan aku tidak tahu (berdasarkan kepercayaan dan keyakinan).

b. Sudut Pandang ilmu pengetahuan (Science)
Dari segi ilmu pengetahuan (science) awal adanya manusia dan perkembangan alat ujaran itu pertama kali adalah agnatha. Karl Popper (1902-?) menulis “semua orang adalah filsuf, karena semua mempunyai salah satu sikap terhadap hidup dan kematian. Wind dalam Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik (2008;191) menyatakan bahwa perkembangan alat ujar manusia mulai dari Agnatha, Primitiv fish, Amphibians, Reptiles, Primitive Placental Mammals, Catarrhine Monkeys, yang terakhir adalah manusia (man). Dari penjelasan Wind dalam bukunya Soenjono Dardjowidjojo kita bisa menyimpulkan bahwa adanya bunyi-bunyi yang menandakan perkembangan alat ujar manusia sampai bisa berbahasa. Dinoysius Thrax (abad ke dua SM) dan Apollonius Dyscolus (abad ke dua MS) dalam Lenonard Bloomfield (196;2) mendifinisikan tidak dengan istilah-istilah abstrak yang menerangkan arti kelas bahasa.
Chomsky dalam Dardjowidjojo (2003) menyimpulkan dari penelitian yang dilakukan bahwa anak dilahirkan dengan dibekali semacam piranti pemerolehan bahasa (LAD, language acquisition device). Jadi, anak dilahirkan dengan suatu modal awal yang membekalinya untuk bisa berbahasa, bukan sebagai kertas putih atau gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Dengan kata lain, tidak ada kata “mulai dari NOL” sebagaimana teori yang dipeopori oleh Skinner tabula rasa dari seorang bayi yang lahir.


Pertanyaan Penulis Tentang Bahasa
Pertama-tama penulis ingin menguraikan pertanyaan kepada pembaca.
(1.) Bagaiman seandainya bahasa itu tidak ada?
(2.) Apakah semua di dunia ini adalah bahas?
(3.) Apakah manusia akan bisa hidup tanpa bahasa?
(4.) Apakah alloh menciptakan manusia tidak menggunakan bahasa?
(5.) Apakah semua ilmu IPA dan IPS akan bisa terungkap jika tidak ada bahasa?
(6) Apakah sinyal-sinyal yang dikirim dari hati atau dari perasaan itu bukan bahasa?
(7.) Apakah kita di akherat tidak menggunakan bahasa?
(8.) Apakah malaikat menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhamad SAW tidak dengan bahasa?
(9.) Apakah aku mengatakan itu 1 itu tidak dengan bahasa? (10) Apakah 1 itu bukan bahasa?
(11) Darimanakah bahasa?
(12) Untuk apa bahasa?
(13)Apakah ada awal dan akhir bahasa?
(14.) Mana yang lebih dahulu manusia atau bahasa

Kesimpulan

Filsafat adalah cara berfikir atau mengolah fikir untuk sampai kepada kebenaran ilmiah dan bisa dianalogikakan menggunakan bahasa. Ada tiga telaah filsafat di antaranya ontology, empistemologi, axiology jadi ilmu apapun itu dilandasi oleh hal tersebut termasuk bahasa. Filsafat bahasa menelaah tentang ragam semantic, hermeneutic dan linguistic sampai paragmatik. Adapun logika bahasa diantaranya syntaxtical logic, semantic logic, rational empiric objective, hermeneutic logic, logika deduktif phenomenologik.


Daftar Pustaka

Chaedar Alwasilah, 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Angkasa Bandung.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolingusistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Yayasan Obor Indonesia
Jujun S. Suriasumantri. 2003. Filsafat Ilmu. Pustaka sinas harapan. Jakarta
Leonard Bloomfield, 1961. Language. Holt, Rinehart dan Winston.
Noeng Muhadjir, 2006. Filsafat Ilmu: Reke Sarsin
Saidihardjo, 2003. Filsafat Ilmu.
Tim Dosen Filsafat Ilmu, 1996. Filsafat Ilmu. Liberty Yogyakarta.

Selasa, 15 Desember 2009

Kesalahan tertinggi



Kesalahan teritinggi adalah kesalahan di hadapan alloh. Kesalahan dihadapan alloh yang sifatnya abadi jika seseorang tidak segera memohon ampun kepadanya maka dia termasuk orang yang sangat merugi.

Walaupun kesalahan tertinggi adalah kesalahan dihadapan alloh, namun alloh mempunyai sifat ramahn dan Rahim diamana sifat rahman dan ohimnya yang selalu memaafkan hambanya jika hambanya memohon ampun kepadanya. Karena alloh berfirman dalam surat Anisa yang artinya “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (110)” dari firman di atas sudah sangat jelas bahwa alloh itu maha pengampun (rah’man dan roh’im) maka marilah kita memohon apun kepadanya atas segala kesalahan yang kita sadari maupun tidak disadari.

kita sering melakukan suatu tindakan, dan mengucapkan yang telah kita ketahui dan sadari itu salah, namun kita masih sajak melakukannya dan mengucapkannya. Orang yang paling bodoh adalah orang yang melakukan suatu tindakn yang dia sadari, fahami, yang dapat merugikan dirinya dan orang lain tapi masih dia lakukan. Misalnya kita tahu, sadari bahwa makan berlebihan itu tidak baik tapi masih sajak saya lakita lakukan.Makan berlebihan, kalau kalau dilihat dari segi kesehatan, makan yang berlebihan itu tidak baik yang dapat menyebabkan cepat ngantuk, tidak bisa melakukan suatu aktivitas dan yang belum aku tahu.Dari segi Agamamakan berlebihan itu hukumnya haram.

Sifat dari manusia adalah salah dan benar bahkan manusia adalah muara kesalahan dan kebaikan.Di sini saya ingin merujuk kepada kesalahan tertinggi yang sering saya lakukan dan ucapkan.Ada beberapa kesalahan tertinggi yang sering saya buat baik itu saya sadari maupun yang tidak saya sadari. (1.) saya sering mengatakan dimana tuhan padalah dalam al-quran alloh bilang aku lebih dekat dari pada urat nadimu (kalau bisa dijelaskan berdasarkan pengetahuan bapak dan disertai dalil-dalil baik dari al-quran, dan al-hadis) (2.) saya sering mengatakan LAILAH artinya (tiada tuahan) tidak melanjutkanya HAILALLOH (selain alloh) ini adalah kesalahan yang paling besar yang saya lakukan padahal saya mengetahui bahwa artinya dan memahaminya tapi sering lupa (contoh ungkapan yang sring saya lakukan lailah anak ini. (3.) tidak bersukur, sering saya mengatakan tuhan itu tidak adail dan selalu mengatakan apkah saya dianak tirikan oleh tuhan? Apkah saya ndak diketahui keberadaan saya sama tuhan? Apakah tuhan tidak melihat saya? Apakah tuhan tidak memberikan saya rizki seperti hartawan?.

Bersatunya awal dan akhir



Orang Tidur

Orang yang tidur adalah orang yang tidak menggunakan akal, pikiran dan perasaannya maka orang yang tidur akan mengatakan yang tidak mungkin terjadi. Ketidak berfungsian akal, pkiran dan perasaan seseorang maka dia tidak akan menyadari apa yang dia lakukan, katakan, dan rasakan. Contohnya saya sudah bermimpi bahwa amerika itu adalah Indonesia dan Indonesia itu adalah korea. Setelah saya terbangun dalam mimpi saya, saya mengatakan pada diri saya kok bisa amerika itu adalah indonesia? Tapi akhirnya saya menyadari bahwa itu hanyalah mimpi. Mungkin begitu juga dengan Bersatunya awal dan akhir itu akan terjadi ketika orang tertidur, karena Orang yang tertidurakan mengatakan apapun yang tidak mungkin terjadi dan mungkin terjadi.Ini dikarenakan ketidak sadaran seseorang ketika tidur. Ketidak sadarannya akanmenyebabkan orang tersebut merasakan apapun, mengatakan orang laki-laki itu perempuan dan perempuan itu adalah laki-laki, dan mengatakan awal dan akhir itu menyatu di ujung tangannya.orang yang tidur adalah orang yang setengah mati karena dia tidak menyadari, tidak menggunakan akal, pikiran, dan perasaan.

Orang Berhayal

Ketika saya berhayal sayaakan mengatakan apapun pada dirinya saya yang tidak mungkin terjadi dan tidak mungkin saya lakukan. Ketika menyendiri dan menghayalkan tentang suatu tempat yang sangat indah dan ingin ke sana maka saya akan berhayal saya bisa pergi ke sana tanpa menggunakan alat transfortasi atau menggunakan kaki saya tapi saya akan hilang dan tiba-tiba berada disana. Awal dan akhir jika saya akan menghayalkan awal dan akhir itu akan menyatu di sebuah lingkaran yang saya buat. Contoh yang lain bahwa di dalam menhayal apapun bisa menjadi mungkin misalnya: seandainya saya bisa memegang bulan maka saya akan menyembunyikan bulan itu di dalam saku saya.

Minggu, 13 Desember 2009

Ontologi Diri

Ontologi Diri

Obyek telaah ontology adalah yang ada. Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi
(1.) abstraksi fisik
(2.) abstraksibentuk
(3.) abstraksi metapisik.

Berdasarkan pendapat Lorens Bagus yang telah membagi otology menjadi tiga pembahasa, maka saya akan mencoba membahas tentang Ontology Diri

Pertama, Abstraksi fisik. Abstraksi pisik yang ada pada diri saya adalah keseluruhan sifat yang khas yang ada pad diri saya yaitu saya mempunyai mulut, mata, hidung, telinga, tangan, kaki, perut dan yang belumaku sebut. Itu semua adalah abstraksi fisik yang diberikan oleh alloh, dan semua itu anugrah yang sangat tinggi yang telah alloh karunikan kepadaku untuk mengetahui siapa diriku?, aku tercipta dariapa?, untuk apa saya mempunyai mulut, mata, hidung, telinga, tangan, kaki, perut? Apa gunanya mulut, mata, hidung, telinga, tangan, kaki, perut Dan akan kemanakah semua itu setelah aku matinanti.

Kedua, abstraksi bentuk yang mendeskripsikan sifat umum yang menjadi cirri khas pada diri saya adalah marah, kecewa, benci, sedih, senang, baik dan jahat dan yang aku sebut. Semua dan semua itu adalah abstraksi bentuk yang menggambarkan sifat umum pada diri saya. Abstraksi bentuk juga adalah kita manusia mempunyai dua tangan, dua kaki dan seterusnya yang mempunyai sifat yang berbeda pada setiap insane. Itu semua adalah bentuk yang abstrak padadiri saya. Abstraksi bentuk yang ada pada diri saya adalah menunjukan kemanusiaanku yang mempunyai sifat sedih, kecewa, benci, senang, baik, dan buruk dan gunanya apa pada diriku dan juga bagaimana ke maha’esaan alloh dalam mencipatakan manusia yang sempurna diantara makhluk-makhluk yang lain di muka bumi ini. Aku ingin bertanya kepada siapa yang membaca dan khususnya pada diri saya. untuk apa alloh berikan semua itu kepadaku?, apa sebabnya itu muncul? Dan bagaimana cara menghadapi semua itu ketika muncul dalam diriku? Kenapa alloh menciptakan manusia yang mempunyai sifat-sifat di atas?

Terakhir adalah abstraksi metafisik. Abstraksi metafisik yang ada pada diri saya adalah realitas yang ada pada diriku. Realitas yang ada pada diriku adalah karunia yang salah satunya alloh berikan kepada ku untuk mengetahui kekuasaanya yang tiada batas. Dengan mengetahui realitas yang ada pada diriku maka semua itu akan merefleksikan betapa ketidak berdayaanku dan betapa kuasanya alloh SWT dalam mencipatakan semua yang ada di dunia ini adalah salah satu ilmu yang haru saya pelajari, pahami. Kuasanya alloh SWT yang sangat sedikit sekali aku mengetahuinya di antaranya adalah adalah realitas yang ada pada diriku dan pada diri semua makhluk baik yang bernyawa dan tidak bernyawa yang berada di dunia ini maupun di dunia laian dialah kuasa.